Secangkir kopi sunyi tersaji diawal pagi yang gaduh di meja kerjaku
tak ada sesap luka yang kuhirup
hanya uap rindu dan aroma sepi pada wanginya
Oktober basah selalu menjanjikan kekangenan pada pagi yang terburuburu pergi
secangkir kopi beraroma sepi segera kuhabiskan, ini tentang sunyi yang tak kunjung selesai.
Andai detik tak bergerak lebih cepat aku ingin tinggal lebih lama dalam rindu yang bergemuruh riuh mencacah isi kepalaku
mengeja sorot matamu yang setajam pisau dapur
mengulas senyummu yang seluas kebun tebu.
Kau dan secangkir kopi sunyi yang pernah kita nikmati bersama titik hujan pagi.
Pagi masih murung dan mendung
mengumpulkan air mata yang sebentar lagi turun menganak riak diselasela rindu menunggu peluk.
Ajari aku memeluk hujan agar luruh segala sunyi,
ajari aku lebih tabah dari Oktober yang selalu penuh dengan genangan ingatan agar hatiku tak lagi suwung.
Hidup serupa kedatangan dan kepulangan selalu berpasangan.
Langit atau bumi?
Pagi atau petang?
Pergi atau pulang?
[AT] Ujung Ingin Oct’2014
tak ada sesap luka yang kuhirup
hanya uap rindu dan aroma sepi pada wanginya
Oktober basah selalu menjanjikan kekangenan pada pagi yang terburuburu pergi
secangkir kopi beraroma sepi segera kuhabiskan, ini tentang sunyi yang tak kunjung selesai.
Andai detik tak bergerak lebih cepat aku ingin tinggal lebih lama dalam rindu yang bergemuruh riuh mencacah isi kepalaku
mengeja sorot matamu yang setajam pisau dapur
mengulas senyummu yang seluas kebun tebu.
Kau dan secangkir kopi sunyi yang pernah kita nikmati bersama titik hujan pagi.
Pagi masih murung dan mendung
mengumpulkan air mata yang sebentar lagi turun menganak riak diselasela rindu menunggu peluk.
Ajari aku memeluk hujan agar luruh segala sunyi,
ajari aku lebih tabah dari Oktober yang selalu penuh dengan genangan ingatan agar hatiku tak lagi suwung.
Hidup serupa kedatangan dan kepulangan selalu berpasangan.
Langit atau bumi?
Pagi atau petang?
Pergi atau pulang?
[AT] Ujung Ingin Oct’2014