Rinduku Setegar Sunyi
Telah kubakar seribu puisi saat bulan sabit menggeliat sepi memilin bisu
Pada nyalanyala kulemparkan sisa hati jauh kelorong langit
Aku, menghilang!
Aku, lenyap dalam imaji yang api!
Seperti menghitung buih, aku tenggelam dalam lekat benakku menelan rindu sebulat bulan, separuh hatiku mengapung hilang
Wahai sang takdir!
Aku ingin bertarung didada badai yang mencabikcabik rinduku
Aku ingin setegar debu pada kemusnahan pusipuisi yang telah kubakar
Apa yang kau tawarkan selain kemusnahan dari sebuah ‘kita’
Airmata?
Atau janji kepulangan doadoa yang ringkih di jemari langit
Denting jam dinding menjauh
Lahirkan aku lagi, disini
Setegar sunyi, no-Na!
[AT] Maja 06092014
(Lelaki Diujung Angin)
Telah kubakar seribu puisi saat bulan sabit menggeliat sepi memilin bisu
Pada nyalanyala kulemparkan sisa hati jauh kelorong langit
Aku, menghilang!
Aku, lenyap dalam imaji yang api!
Seperti menghitung buih, aku tenggelam dalam lekat benakku menelan rindu sebulat bulan, separuh hatiku mengapung hilang
Wahai sang takdir!
Aku ingin bertarung didada badai yang mencabikcabik rinduku
Aku ingin setegar debu pada kemusnahan pusipuisi yang telah kubakar
Apa yang kau tawarkan selain kemusnahan dari sebuah ‘kita’
Airmata?
Atau janji kepulangan doadoa yang ringkih di jemari langit
Denting jam dinding menjauh
Lahirkan aku lagi, disini
Setegar sunyi, no-Na!
[AT] Maja 06092014
(Lelaki Diujung Angin)