• link terbaru forum gocrot per 16 November 2024 : KLIK DI SINI

[SHARE] The Hound of Dead (Anjing Kematian) by Agatha christy

Virangel

GURU BK MESUM
ANJING KEMATIAN
Agatha Christie
THE HOUND OF DEATH
AND OTHER STORIES 1933
by Agatha Christie
© Copyright Agatha Christie Mallowan 1936
All rights reserved
ANJING KEMATIAN
Alih bahasa: Tanti Lesmana
GM 402 02.004
PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 33 - 37, Jakarta 10270
Ilustrasi & desain sampul: Dwi Koendoro Br
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
anggota IKAPI,
Jakarta. Januari 2002
Cctakan kedua: Februari 2003
Perpustakaan Nasional. Katalog Dalam Terbitan (KDT)
CHRISTIE, Agatha Anjing Kematian/ Agatha Christie:
alih bahasa: Tanti Lesmana –
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2001
320 hlm: 18 cm
ISBN 979 - 686 - 628 - 5
I. Judul II. Lesmana, Tanti
813

Dicetak oleh Pereetakan CV Duta Prima Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
 
Index / Daftar Isi
 
1. Anjing Kematian


#I
AKU pertama kali mendengar tentang peristiwa tersebut dari William P. Ryan, seorang koresponden surat kabar Amerika. Waktu itu aku sedang makan malam bersamanya di London, sehari
sebelum ia kembali ke New York. Kebetulan aku mengatakan bahwa
besok aku akan berangkat ke Folbridge.
Seketika ia berkata dengan tajam, “Folbridge, Cornwall?” Dari seribu orang, barangkali cuma satu yang tahu bahwa diCornwall ada tempat bernama Folbridge. Biasanya Folbridge yang mereka kenal adalah Folbridge di Hampshire. Jadi, rasa ingin tahuku
terusik oleh pengetahuan Ryan ini.

“Ya,” kataku.

“Kau tahu tempat itu?” Ia hanya menjawab bahwa sudah jelas ia tahu.

Kemudian ia bertanya, apakah kebetulan aku tahu sebuah rumah bernama Trearne di sana. Minatku semakin terpicu.

“Tentu tahu. Malah sebenarnya aku akan ke Trearne. Itu rumah saudara perempuanku.”

“Wah,” kata William P. Ryan.

“Ini luar biasa sekali.” Kuminta ia menjelaskan ucapannya itu, jangan hanya membuat penyataan-penyataan yang sulit ditangkap maksudnya.

“Hmm,” katanya.

“Kalau begitu, aku mesti memaparkan
pengalamanku pada masa permulaan perang.” Aku mendesah.

Peristiwa-peristiwa yang kuceritakan ini terjadi pada tahun 1921. Tak ada orang yang ingin diingatkan akan masa-masa perang. Kami semua sudah mulai bisa melupakannya, syukurlah… selain itu, aku tahu bahwa William P. Ryan bisa sangat betah bereerita panjang-lebar kalau sudah menyangkut pengalaman-pengalamannya semasa perang. Tapi sudah terlambat untuk menghentikannya sekarang.

“Pada permulaan perang, aku berada di Belgia, bertugas untuk surat kabar tempatku bekerja. Kau pasti tahu itu.

Nah, di sana ada sebuah desa kecil, sebut saja desa X. Desa itu kecil sekali, tapi disana ada sebuah biara besar. Ada biarawati-biarawati berjubah putih. Aku tidak tahu nama ordo mereka. Nah, desa kecil ini berada persis di garis penyerangan Jerman. Lalu pasukan Jerman tiba… “ Aku bergerak-gerak gelisah.

William P. Ryan mengangkat satu
tangannya untuk menenangkan.

“Tidak apa-apa,” katanya.
“Ini bukan cerita tentang kekejaman
Jerman. Bisa saja sebenanya, tapi toh bukan. Malah sebaliknya. Mereka menuju biara tersebut, masuk ke dalam, dan bangunan itu meledak.”

“Oh.” kataku, agak terkejut.

“Aneh, kan? Tentu saja. Aneh sekali. Bisa saja kita menganggap
orang-orang Jerman itu tengah merayakan kemenangan dan main-
main dengan bahan peledak mereka sendiri. Tapi sepertinya mereka tidak membawa peledak semacam itu. Bukan bahan peledak berkekuatan besar. Nah, sekarang aku bertanya padamu. Tahu apa para biarawati itu tentang bahan peledak berkekuatan tinggi? Hebat
sekali mereka, kalau tahu.”

“Memang aneh,” aku sependapat.

“Aku tertarik untuk mendengar cerita para petani tentang kasus tersebut. Cerita mereka seragam. Menurut mereka, peristiwa tersebut seratus persen merupakan keajaiban modern. Sepertinya salah seorang biarawati sudah punya reputasi sebagai orang suci. Dia suka mengalami trance dan mendapat visi-visi. Dan menurut mereka, dialah yang melakukan semua itu. Dia memanggil petir untuk membakar orang-orang Jerman yang jahat, dan itulah yang terjadi. Mereka terbakar, berikut segala sesuatu di sekitanya. Keajaiban yang cukup efisien!"

“Aku tidak sempat mengungkap kebenaran di balik peristiwa itu, tidak ada waktu. Tapi pada masa itu orang-orang memang sedang keranjingan keajaiban melihat malaikat di Mons dan semacam itulah. Aku menulis tentang kejadian itu, menambahkan sedikit unsur sentimental di dalamnya. Juga sedikit unsur religius. Lalu mengirimkannya pada kantor surat kabarku. Tanggapannya bagus
sekali di Amefika Serikat. Waktu itu mereka senang dengan hal-hal
semacam itu."

“Tapi (entah kau bisa memahami ini atau tidak) saat menuliskannya, aku jadi tertarik. Aku ingin tahu, apa sebenanya
yang terjadi. Tidak ada yang bisa dilihat di tempat peristiwa itu sendiri. Dua tembok biara itu masih berdiri dan di salah satunya ada bekas mesiu warna hitam, berbentuk seekor anjing besar.

“Para petani sekitar sangat takut akan tanda itu. Mereka menyebutnya Anjing Kematian, dan mereka tidak berani lewat dekat-dekat sana sesudah gelap.

“Takhayul selalu merupakan hal menarik Aku ingin menemui biarawati yang melakukan keajaiban itu. Sepertinya dia tidak tewas. Dia pergi ke Inggris bersama sekelompok pengungsi lainnya. Aku susah payah menelusuri jejaknya. Dan kudapati dia sudah dikirim ke Trearne, Folbridge, Cornwall.”
Aku menganguk.

“Saudara perempuanku menampnng banyak pengungsi Belgia pada awal masa perang. Sekitar dua puluh orang.”

“Sejak dulu aku berniat meneari biarawati itu, kalau ada waktu. Aku ingin mendengar dari mulutnya sendiri tentang peristiwa tersebut. Tapi, berhubung aku sibuk dan ada macam-macam urusan, niat itu terlupakan begitu saja. Apalagi Cornwall letaknya
agak jauh. Malah sebenanya aku sudah lupa sama sekali akan niatku itu, sebelum mendengar kau menyebut-nyebut Folbridge.”

“Aku mesti menanyakan pada saudara perempuanku,” kataku.

“Mungkin dia pernah dengar sesuatu tentang peristiwa itu. Tapi tentu saja para pengungsi Belgia itu sudah di kembalikan ke negara mereka lama berselang.”

“Sudah pasti. Tapi seandainya saudara perempuanmu tahu sesuatu tolong beritahukan padaku.”

“Pasti kuberitahukan,” kataku dengan bersemangat. Begitulah.
 
Last edited:
Hilih kok format jadi ancur gini yak?
 
Back
Top