Part 4
https://ibb.co/B6YPNM6
1 tahun sudah kulewati waktu di kampus ini. peraturan yang mewajibkan kita untuk tinggal di asrama kampus pun berakhir.
ada sedikit rasa kecewa yang kurasakan karena tidak lagi dapat menikmati sensasi bermasturbasi didepan jendela kamar yang mengarah ke jalanan.
hampir seluruh temanku sudah mendapatkan tempat tinggal baru, ada yang memang memilih untuk menyewa kamar kos maupun menyewa kontrakan untuk ditinggali bersama
kejadian dengan kak Angga membuatku sulit berkonsentrasi sehingga membuatku lupa bahwa aku sudah harus mencari tempat tinggal, dan sahabat sahabat cewekku sudah memutuskan untuk tinggal bersama namun tidak ada lagi tempat untukku bergabung
"ah biarlah, ngga bebas juga kalau kontrakan bareng mereka" pikirku nakal. meskipun sudah 1 bulan lebih kejadian dengan kak Angga menimpaku, namun tidak ada tanda tanda ia melakukan hal aneh, selain menatapku dalam dengan senyum penuh arti tiap kami melakukan latihan dan aktivitas bersama anak anak unit
dalam memilih tempattinggal barukur, orang tuaku melarangku mencari tempat yang sewanya melebihi 10jt/tahun, sampai akhirnya aku menemukan tawaran menarik dari sebuah apartemen yang baru selesai didirikan di daerah dekat kampusku.
nilai sewa kamar apartemen disanya tidak terlalu tinggi, denngan kisaran 15-20jt/ tahunnya. aku menghubungi apartemen tersebut dan mencari penghuni yang mau menyewakan kamarnya dengan harga murah. akupun menemukan kamar seharga 10jt/tahun namun berada di lantai paling atas, dan masih diluar biaya listrik dan air, dengan estimasi total 12-13jt/tahunnya.
setelah berbagai cara membujuk orang tuaku, akhirnya merekapun menyetujui untukku menyewa kamar di apartemen tersebut. kamarnya terletak di lantai 26 dari 27 lantai, cukup memakan waktu memang untuk pulang pergi kekamar dengan jumlah lift yang hanya ada dua.
namun lokasi kamar tersebut membuatku sangat bersemangat, kamar yang hanya terdiri dari 1 buah kamar dan 1 kamar mandi itu memiliki balkon kecil yang mengarah ke kolam renang. kulihat pemandangan yang cukup indah dari balkon tersebut. tak luput jiwa nakalku pun berteriak. ku membayangkan rutinitas baru yang bisa kunikmati disana.
ku bayangkan bermasturbasi di balkon yang mengarah ke kolam renang tersebut, dengan angin sejuk yang menerpa tubuh bugilku, rasa sorotan dari tiap unit lain yang mengarah ke kamarku, uuuhhh membayangkannya saja sudah membuat lendir dari memekku mengalir lembut. tidak sabar rasanya untuk segera menjalankan rutinitas tersebut.
akivitas di sanggar pun terus berlanjut, chacha yang memilih untuk tidak ngekos membuatnya sulit untuk bisa selalu datang mengikuti kegiatan rutin harian, mebuatku kini tidak ada teman dari satu fakultas yang sama.
pentas promosi unit kegiatan untuk mahasiswa baru akan diadakan 2 bulan lagi, kami sering mengadakan rapat untuk menentukan sebuah konsep yang menarik agar banyak mahasiswa baru yang bergabung nantinya
"fira kan udah mau setaun nih disini, gimana kalau fira aja yang jadi pemeran utamanya?" kak Angga mengusulkan ide, kulihat tatapan nakalnya dengan senyum penuh arti. uuhhh diliat kak angga seperti itu yang sudah melihat tubuh polosku membuat memekku gatal
sorak sorai para seniorpun memenuhi ruangan, konsep yang dibawakan adalah konsep wanita kuat, yang menggambarkan seorang wanita independen dengan tarian khas sunda yang gemulai tapi juga penuh dengan energi. konsep ini cocok untukku yang satu satunya menggunakan jilbab, dimana mereka ingin ditengah tarian aku seolah menganggalkan pakaianku menjadi pakaian yang lebih "menantang"
"oke fira untuk konsepnya nanti gimana kalau kamu pakai manset warna kulit aja, jadi pas sebagian dari kostum tarinya dibuka, keliatannya kayak memang manmpilkan sisi wanitanya gitu" sahut kak angga.
"tapi kak nanti aneh juga gak sih kalau sebagian kulitnya keliatan tapi tetep pake jilbab" balasku
"nanti kita coba pake wig atau sanggul aja gimana? jadi kan rambut aslimu tetep gakeliatan" timpal kak Angga, yang nampaknya menyadari ada jiwa eksibisionis dalam diriku
yang lain tampak menyetujui ide tersebut, ada sebagian diriku yang merasa tertantang untuk melakukan aksi tersebut, akupun menyetujuinya.
setelah rapat selesai kamipun melanjutkan aktivitas latihan harian, kak Angga yang menjadi koreografer banyak memberiku arahan untuk gerakan yang akan ditampilkan
"fir coba nanti pas latihan manset kulitnya dipake, biar keliatan aja cocok atau ngga nya" kak angga bicara pelan sambil meberikan arahan. kulihat senyum nakalnya belum hilang
"okedeh kak nanti aku cari manset yang warnanya sama kayak kulitku" balasku
"mau aku beliin fir? aku tausih warna kulitmu gimana" bisiknya nakal
deg, seketika mukaku merah padam, aku paham maksud kak angga, tubuhku berkeringat dingin, namun kurasakan memekku malah berkedut gatal
"haha canda fir" goda kak angga menimpaliku yang diam sulit berkata kata
"yak hari ini selesai ya, besok kita latihan lagi, udah mepet waktunya soalnya" teriak kak angga pada seluruh teman teman, meninggalkanku yang masih diam tak berkutik
uuhh kak angga godain segala kan jadinya horny, pekikku dalamhati
hari masih tidak terlalu malam, akupun pergi ke mall untuk mencari manset yang sama dengan warna kulitku. setelah berkeliling mencari, kutemukan satu yang sangat mirip dengan kulitku, lengkap dengan legging bawahannya.
"gilaaa inisih beneran kayak gapake baju" pikirku sambil melihat tampilanku didepan cermin. namun harus kuatur mengguakan bh dan cd yang warnanya tidak menerawang dibalik manset tersebut agar terlihat seperti bugil
kulihat tampilanku sangat nakal, masih lengkap dengan jilbab namun terlihat cetakan cd dan bh karena memang bahannya yang cukup tipis. membuatku sedikit ragu untuk mencoba menggunakannya di latihan besok
keesokan harinya aku sepulang kuliah, kuputuskan untuk memberanikan diri mencoba menggunakan manset dan legging yang baru aku beli kemarin, lengkap dengan daleman berwarna senada dan jilbab. kulihat pantulan diriku dari cermin apartemen, perpaduan warnanya dengan warna kulitku benar benar membuatku sekilas terlihat telanjang. uuhh sungguh seksi rasanya
kuputuskann untuk menggunakan jaket sport yang biasa kugunakan untuk jogging, ingin rasanya kulihat reaksi orang orang saat melihatku seolah tidak menggunakan celana. akupun keluar kamar menuju lift dengan rasa campur aduk
di dalam lift pun ternyata aku tak luput menjadi pusat perhatian. kulihat 2 orang cowok yang masuk di lantai 15 menuju lobby tak henti hentinya memandangi kedua bongkahan pantantku. merasa semakin tertantang, akupun memutuskan untuk nungging seolah membenarkan tali sepatuku dihadapan mereka, semakin memamerkan pantat semokku.
kulihat dari pantulan cermin lift pandangan mereka yang semakin dipenuhi nafsu, bahkan salah satu dari mereka bercanda mendekatkan tangannya pada pantatku seolah menunjukan gerakan meremas dan mengelus. uuhhh memang dasarnya aku yang binal, akupun sengaja berlama lama sambil menanti nanti apakah mereka akan berani untuk benar benar meremas pantatku.
namun lift telah tiba di lobby, dan mereka tetap hanya berani untuk sebatas memandangi tajam. huftt ada sedikit rasa kecewa namun biarlah.
sesampainya di sanggar, kulihat kak Angga sedang merokok di area teras, matanya tajam seolah tidak percaya aku benar benar melakukan apa yang ia suruh kemarin, tak luput dengan senyumnya yang nakal.
"hai kak! sori ya telat" sapaku sambil pura pura cuek, ditengah debar kencang detak jantungku
"naahh ini dia fir yang aku maksud, gini kan oke banget. atasannya ada juga?" balas kak Angga sambil mematikan rokoknya.
ku turunkan resleting jaketku perlahan memnunjukan manset warna kulit ketatku dan dua bongkahan tocil yang masih apik terbungkus bh berwarna senada, tanpa membalas satu patah katapun
"beuh manteppp fir kece! gaslah langsung latihan kita" balasnya lagi sambil menggelengkan kepala
"ini baru mirip sama yang kulihat waktu itu fir, cuma kurangnya masih kebungkus ini aja nih" bisik kak angga sambil mengelus pantatku pelan, diremasnya lembut dan menarik cd ku dari luar legging
"aaa aahhh kak Angga!" jeritku pelan. sungguh perlakuan kak Angga yang tak terduga membuatku kaget setengah mati, ditambah perkataannya tadi mengingatkanku pada kejadian sore itu membuat jantungku berdegup sangat kencang, mukaku merah padam, rasa malu, sange, kesal bercampur aduk menjadi satu. kucoba masih tetap tenang dan menanggapinya sebagai sebuah gurauan.
"guys guys! kita kasih tepuk tangan dulu dong yang paling meriah buat Fira yang udah totalitas dan berani nyobain pake manset kulitnya di latihan hari ini!" teriak kak Angga seraya kita memasuki sanggar.
memang tidak banyak senior cowo disini, minus dua orang yang sudah tidak lagi aktif karena sedang menyusun tugas akhir, hanya ada tiga cowo termasuk kak Angga, dua diantaranya adalah kak Rian satu tingkat diatasku dan Danu yang setingkat denganku.
"woohooo mantep fir emang terbaik lah!" timpal kak Rian begitu bersemangat melihatku hari ini. kulihat Danu hanya melongo bengong melihatku sambil bertepuk tangan. kulihat senior cewek lain nampak tidak peduli dengan penampilanku hari ini, membuatku agak terheran.
antusiasme dari para lelaki ini membuatku semakin percaya diri dan bersemangat. tanpa ragu kulepas jaketku dan berusaha ngobrol dengan santai seperti biasanya. kulirik cermin besar tempat biasa berlatih, memang dari jauh terlihat aku seolah tidak menggunakan apapun selain jilbab, meskipun terlihat jelas cetakan BH dan CD ku yang menunjukan aku masih berpakaian lengkap.
selama sesi latihan pun kulihat para lelaki tidak pernah lepas melihat seluruh lekuk tubuhku, tak ada satu bagianpun yang luput dari pandangan mereka. bahkan beberapa kali harus mengulang karena Danu yang memegang alat musik nampaknya tidak konsen dan salah memainkannya. ku tertawa kecil melihatnya linglung sekaligus bangga bisa mengalihkan perhatiannya.
selesai latihan kulihat tubuhku yang penuh dengan keringat. ku terbelalak kaget melihat ternyata manset dan legging ini begitu tipis, hingga bagian yang basah oleh keringat benar benar nampak tembus pandang dan seolah benar benar bersatu dengan warna kulitku. kini aku terlihat seolah hanya menggunakan celana dalam dan jilbab
"siaallll lupa lagi belom pernah liat kalau basah gimana huft" gerutuku cemas dalam hati
selama briefing penutupan, kulihat mata para seniorku terus tertuju pada bodyku. kini mereka bertiga benar benar terang terangan memandangi seluruh tubuhku, bahkan tak ada lagi usaha untuk menutupinya dan jelas menunjukan bahwa mereka memandangiku.
kucoba untuk bersikap cuek melayani pandangan mereka, dan seolah terfokus dengan briefing dari kak Angga. namun apa yang sebenarnya terjadi adalah aku yang menahan pikiranku yang ingin rasanya segera melucuti seluruh pakaianku, mengangkan lebar dan memuaskan rasa gatal pada memekku yang daritadi sudah kurasakan.
membayangkan diriku bugil dan bermasturbasi sambil mengangkang lebar dihadapan para lelaki ini membuat pikiranku benar benar melayang. kubayangkan mereka mengelilingiku dan sudah mengeluarkan kontol kontol mereka yang mungkin berukuran besar sambil ikut mengocok dihadapanku.
uuuhh firaa stoooppp, sahutku pada diriku sendiri, dan mengembalikanku pada kenyataan dimana briefing kak Angga sudah selesai. akupun bergegas mengambil barang barangku dan pamit pulang pada semua senior. sesampainya di apartemen, segera kulucuti seluruh pakaianku dan bermasturbasi kencang. malam itu aku mengalami orgasme yang luar biasa
---
dua hari menjelang pertunjukan, aku menerima pesan dari kak Angga, hari itu hari minggu
"fir hari ini bisa ke sanggar gak? fitting dulu diukur buat bikin baju, anak anak kan udah pada punya, tinggal kamu sama Danu aja yang belum soalnya paling baru juga sih disini"
"boleh kak jam berapa? ada yang harus aku bawa?" balasku singkat
"ini yang biasa bikinin kostum buat kita baru bales, hari ini dia bisanya abis maghrib gitu, gimana? kalo gabisa besok juga gapapa sih abis latian" balasnya lagi
"gapapa kak hari ini aja, aku harus bawa sesuatu gak kak?" tanyaku
"pake yang mau kamu pake waktu pentas aja fir, biar sekalian di pasin ukurannya pas lagi pake"
kututup hp ku dan melanjutkan tidur pagiku tanpa membalas kak Angga
sore itu aku pergi menuju sanggar, lengkap dengan manset dan legging kulitku sesuai arahan kak Angga.
sesampainya disana, kulihat hanya ada tiga motor, yang kutahu itu milik kak Angga dan Danu, dan satunya lagi mungkin milik sang pembuat kostum
kulihat didalam kak Angga sedang bersantai main HP dan Danu sedang diukur oleh pria paruh baya yang kutaksir usianya sekitar 50an, dengan pakaian simple kaos oblong dan celana bahan lebar lengkap dengan meteran, terlihat rapi dan terawat meskipun dengan usianya
"eh Fir sini sini, kenalin ini namanya Pak Pri, dia yang dari jaman kampus ini berdiri udah bikinin baju baju adat kita" sahutnya sambil bercanda
"eh iya sore pak" balasku mengangguk sopan. yang dibalasnya hanya dengan anggukan tanpa sepatah katapun bahkan tak kulihat ada senyum dari dirinya
"kak beneran nanti aku diukur sama dia?" bisikku ke kak Angga
"ohh mau aku yang ukur fir? boleh sih" balasnya cuek
"ishh kak seriusan ah" geramku mendengar balasan kak Angga
"udah cuek aja fir, dia kayaknya gaada emosi deh, dari dulu awal ketemu udah gitu gitu mulu wajahnya datar amat. tapi kerjaannya emang paling top sih" balasnya lagi
akupun mengangguk ngangguk setuju melihat jawabannya tadi dan memang kulihat dia mengukur Danu tanpa sepatah katapun ia keluarkan
"fir tunggu dikamar ganti cewek aja biasa, ntar kalo si Danu dah beres biar pak Pri langsung keatas" timpal kak Angga
akupun berjalan keatas dengan cuek menuruti kak Angga. sambil menunggu aku coba mirror selfie dengan outfitku hari ini, yang dilengkapi jilbab hitam dan pakaian dalam serba hitam
selang beberapa saat, kudengar ketukan pada pintu yang diikuti oleh suara pak pri, segera kupersilahkan masuk
"permisi neng" sahutnya seraya membuka pintu
"ehh iya pak silahkan"
"rencananya mau gimana nanti kostumnya neng? yang lain pada gaada yang pake jilbab soalnya"
"jadi gini pak rencananya emang kostumnya yang biasa aja sih soalnya nanti saya mau pake manset ini jadi seolah kayak gapake apa apa aja gitu sih"
"oke, permisi ya" balasnya dingin
pak Pri mendekatiku dan mulai mengukur setiap lekuk tubuhku, mulai dari panjang lengan, lingkar lengan, lingkar perut, panjang kaki, dan lingkar kaki dan paha.
"nanti rencananya mau pake daleman juga?" tanyanya
"eh? maksudnya gimana pak?"pertanyaannya kali ini membuatku bingung
"kalau emang mau pake daleman, bisa langsung saya ukur buat lingkar dada nya, kalo ngga kan harus dibuka dulu BH nya" jawabnya kalem
"emm baiknya gimana ya pak? biasanya?" balasannya membuatku makin bingung
"yaa biasa pada pake, cuma kan ini neng udah pake manset lagi, takutnya ketebelan aja" masih dengan nada datar
"terus kalau pake daleman, nanti pas pakenya juga harus pake daleman yang sama pas diukur" tambahnnya lagi
ku merenung diam, daleman yang kupakai hari ini bukanlah yang biasa kupakai, dan yang ini memang lebih tebal dan tidak senyaman yang biasanya
"kalo gitu berarti ini harus saya buka nih pak bh nya?" balasku sambil menahan nafsu membayangkan aku harus membuka pakaianku dihadapan pak pri
"ya iya neng gimana saya bisa ngukur kalo ngga" dengan nada datarnya
kucoba berpikir keras, namun rasanya nafsuku lebih memerintahkanku untuk segera membuka manset dan BH ku dan mewujudkan fantasiku untuk bisa dilihat tanpa pakaian oleh seorang pria
"iiya deh pak yaudah saya buka ya" mulai kuangkat pelan mansetku mulai dari perut hingga terlepas, meninggalkan BH ku yang masih menutupi tubuh bagian atasku.
Kulihat dari cermin ekspresi pak Pri yang masih tidak ada perubahan dan terlihat masih menungguku melepaskan BH ku untuk segera menyelesaikan tugasnya, seolah dia samma sekali tidak memiliki nafsu meskipun melihat seorang wanita yang lengkap dengan jilbab namun sudah setengah bugil
dengan rasa kecewa, akupun dengan entengnya melepaskan BH ku agar segera diukur oleh pak Pri, terpampanglah kini toket kecilku namun terlihat kencang di hadapan cermin, kulihat pak pri mulai berjalan mendekatiku dari belakang.
"permisi ya neng" sahut pak Pri samnil mulai mengangkat kedua toketku dengan perlahan, kulihat tangan pak Pri yang besar dapat dengan mudah menggengam seluruh bagian toketku jika dia mau. tangan kasarnya mulai memberikan sensasi yang tidak bisa kulukiskan dengan kata kata, kali pertama bagian tubuhku disentuh oleh seorang lelaki, dan itu adalah pria tua!
dilingkarkannya meteran mulai dari pangkal toketku mengitari punggung untuk mengukur lingkar punggungku, sensasi birahi mulai memenuhi otak binalku, sentuhan sentuhan tangan kasar pak Pri pada pangkal toketku dengan cepat membuat nafsuku sampai di ubun ubun, kulihat putingku mulai menonjol menantang keras
usai lingkar dada diukur, aku tahu apa yang selanjutnya akan pak Pri lakukan, ya mengukur lingkar dada dengan tonjolan paling besar pada toketku, dan tentu saja itu ada pada kedua putingku.
"mmmhhhhhhhh" aku tak sanggup menahan desahan ketika tanpa aba aba pak Pri menekan puting kiriku kedalam dengan tujuan menghilangkan tonjolan keras putingku, dan menaruh meteran diatasnya, tanpa sempat aku bereaksi lebih, ia lakukan juga pada puting sebelah kananku
"aaaa aahhhh ssshhhhh" desahanku kembali tidak terhankan mengingat seluruh nafsuku sudah mengambil pikiranku, tubuhku sedikit menggelinjan menahan rasa dinginnya meteran pada putingku dan tangan kasar pak Pri yang sudah tak kuingat menyentuh bagian mana. kupejamkan mataku dan kudongakkan kepalaku menahan semua kenikmatan ini
tidak butuh lama hingga sensasi tersebut kurasakan semakin berbeda, kini tidak lagi rasa dingin meteran yang kurasakan, namun seperti dua buah benda kasar yang menjepit kedua puting kiriku, dan kurasakan jari jemari kasar yang mengelus pelan toket kananku sambil seskali diremasnya lembut. sontak kaget, segera terbelalak mataku melihat dari depan cermin kedua tangan pak Pri kini sedang menikmati kedua toket kecilku, dilengkapi dengan ekspresinya yang 180 derajat berubah cabul
"pppaaakkk? kookkk? oouuugghh" tak sanggup kulengkapi kalimatku yang tercampur antara rasa takut, bingung, dan juga sange. tangan kanan pak Pri kini mulai bebas berkeliaran menuju perutku, kembali meremas toket kananku, dan mengulangi sentuhan pada seluruh tubuh bagian atasku.
"cepet aja ya neng, soalnya kata bang Angga jangan banyak banyak dipakenya" bisik pak Pri nakal tepat ditelingaku. kulihat senyumnya nakal seolah menunggu saat saat ini
"aaaahhhhh paaakkkk jangaaannnnnn mmhhhh" belum sempat aku memikirkan arti kata kata pak Pri, kurasakan tangan kanannya mulai menyusup masuk legging bagian depanku, dan mengelus ngelus tepat bibir memekku dari balik CD, diputarnya setengah ke kiri tubuhku hingga ia mulai bisa melahap toket kananku, dijilatnya lembut seluruh permukaan toketku, yang diakhiri mendarat pada puting kiriku dan ia mainkan lidahnya kencang disana, seraya bergantian dengan menghisap hisap kecil toket kiriku
kulihat dari cermin tubuhku yang setengah memutar ke bagian kiri yang tengah dilahap oleh pak Pri, tak dapat kulihat lagi toket kiriku disana, lengkap dengan seluruh keringat yang sudah memenuhi wajah dan tubuhku, membasahi jilbabku hingga nampak acak acakan.
tangan kanan pak Pri mulai menyusup ke balik CD dan mengelus langsung kedua bibir memekku lembut, kulihat tangan kirinya berusaha menurunkan leggingku yang tanpa kusadari kubantu dengan kedua lenganku. seluruh sensasi yang kurasakan mengambil alih sepenuhnya diriku dan hanya menginginkan kenikmatan yang lebih lagi.
lepaslah sudah leggingku kutendang entah kemana, dengan sigap pak Pri menurunkan cdku hingga sebatas lutut dielusnya cepat klitorisku yang diiringi dengan tekanan tekanan lembut. kurasakan jari kasarnya mencoba membuka lebar bibir memekku dan meraba raba bagian atas lubang dalam memekku. setengah mati aku mencoba menahan rasa khawatir keperawananku ditembus oleh jari jari kasar pak Pri, namun seolah mengerti, ia hanya mengelus lembut dan melanjutkan memainkan ganas klitorisku
kulihat dari cermin tubuhku yang sepenuhnya sudah ada dalam genggaman pak Pri, remasan dan elusan kasar pada toket kananku, permainan lidah tepat di puting diiringi dengan hisapan hisapan yang kini terasa semakin kencang, disertai dengan permainan permainan lihai jari jemari pak Pri di memekku, dilengkapi dengan jilbabku yang mulai tertarik kesana kemari membuatnya berantakan dan menunjukan sedikit bagian rambutku membuatku merasa seperti seoran wanita paling seksi di dunia. tidak akan lama lagi hingga aku bisa mencapai orgasme pertamaku oleh orang lain
"aahhh paakkkk teruuusss dikiiittt lagiiiii mhhhh" tinggal hitungan detik lagi aku mencapai kenikmatan yang sudah lama kutunggu, seolah mengerti, dengan sigap semua aksi pak Pri ia hentikan, seluruh rangsangan yang kuterima terputus begitu saja, dan kurasakan kedua tanganku ditarik kasar kebelakang dan terasa diikat oleh sesuatu yang keras dann dingin. didorongnya bahuku oleh pak Pri hingga aku jatuh berlutut dihadapan cermin.
"pakkk? kok berhentii siihh?" sambil kugoyang goyangkan pinggulku dan kugerak gerakan kedua tanganku berusaha meraih memekku agar segera mendapatkan orgasmeku, namun usaha tersebut sia sia.
diputarnya tubuh hingga kini menghadap ke arah pak Pri, mataku terbelalak melihat apa yang kini tersaji di depanku, pak Pri sudah melorotkan celana dan CD nya, hingga kini terpampang jelas kontol berukuran sedang, yang saat itu tentu saja aku tidak tahu ukurannya, berwarna hitam dengan bentuk yang bengkok dilengkapi dengan urat urat yang terlihat disekitar batang kontolnya. pikiranku campur aduk melihat kontol pak Pri, ada rasa penasaran yang amat sangat memenuhi kepalaku, namun juga aku takut harus kehilangan keperawananku hari ini oleh kontol pak Pri
pak Pri melangkahkan kakinya semakin mendekatiku yang hanya bisa melongo terpaku kaget melihat kontol tegak pak Pri, digesernya posisiku agar menyampingi cermin dan diraihnya belakang kepalaku seraya mengarahkan kontolnya tepat kedepan mulutku. digesekannya tepat dikedua bibirku yang masih tak mampu untuk bereaksi
"neng belum pernah nyepong kontol kan? tenang aja neng biar bapak yang kendaliin, neng ikutin arahan aja asal jangan sampe kegigit ya" kalimat terpanjang yang pernah aku dengar dari pak Pri adalah dirinya yang mengatakan akan mengontoli mulutku dan memberikan arahan didalamnya
"coba keluarin dulu lidahnya, kalau mau jilatin sendiri juga boleh neng" bagai terhipnotis, kujulurkan lidahku sepanjang yang kubisa mengikuti arahan pak Pri, dioleskannya kepala kontolnya pada lidahku dengan gerakan memutar hingga seluruhnya terbasahi, dan tanpa sadar akupun menggerak gerakkan lidahku seolah sedang berusaha menjilati sebuah lolipop berbau khas yang rasanya agak asin dan gurih
"oohhh pinternya neng fira ini punya bakat muasin cowo nih" sahutnya sambil mendorongkan perlahan kontolnya hingga setengahnya memasuki mulutku, tanpa menuggu arahan pak Pri, kuhisap dan kuemut kuat kontol pertama yang menjelajahi mulutku, kumainkan lidahku di pangkal kontolnya mengikuti sedikit gerakan maju mundur yang dilakukan oleh pak Pri.
"uuhh bener bener bakat terpendam ini neng, coba deh liat sendiri" dijambaknya ikatan rambut dibalik jilbabku, dan ia arahkan pandanganku ke cermin disampingku, kulihat kontol hitam pak Pri yang mulai cepat berirama keluar masuk mulutku disertai dengan pipi putihku yang tak hentinya menghisap hisap kontol hingga terbentuk cekungan kempot dipipiku.
"hhmmm mulutnya aja udah seenak ini apalagi memeknya yah, sayang bang Angga bilang memeknya jangan dijebol dulu" sahutnya sambil menghentak hentakkan kontolnya semakin kencang hingga menghantam tenggorokan mungilku bertubi tubi. aku yang tangannya terikat dan kepala yang ditahan oleh pak Pri membuatku tidak bisa menghindar dan menahan segala rasa ingin muntah yang kurasakan, meskipun rasa itu kalah dengan rasa nikmat mengulumi kontol pak Pri dengan ganas
"hhrrmmmmm uuuggghhhh" tiba tiba pak Pri mencabut kontolnya dan mengocoknya kencang hinga dia menumpahkan seluruh peju nya tepat didepan mukaku. dengan sigap tangan kiri pak Pri menahan belakang kepalaku sambil tangan kanannya terus mengocok kontolnya mengeluarkan pejunya tepat didepan mukaku yang seolah tidak berhenti keluar. diratakannya peju yang belepotan di mukaku dengan kontolnya hingga tidak ada satupun area mukaku yaang tidak terkena peju kecuali kedua mataku.
"makasih ya neng, mudah mudahan bapak nanti bisa nyicip memek neng Fira juga" sahutnya sambil dengan kasar membalikan tubuhku, melepas ikatan tanganku, dan diputarnya kembali hingga tubuhku dibuatnya telentang di lantai.
dengan segera pak Pri menindih tubuhku, "tenang neng,bapak juga lunasi hutang bapak kok" bisiknya sambil turun menjilati leherku hingga toket kananku, diremasnya toket yang kiri dengan kencang sambil memilim milin putingnya, dengan tangan kanannya asik menggesek pelan kedua memekku
"aaa aahhhh ssshhhhhhh" desahku kencang menerima rangsangan ganas pak pri, dibukanya kedua belah memekku dengan jarinya, dimainkannya kembali klitorisku dengan gesekan naik turun ganas, tidak butuh lama bagiku untuk segera mencapai puncak kenikmatanku
"pppaaaakkk prriiiii aaaaahhhhh" tak kuat kumenahan rangsangan pak pri, kujambak kuat rambutnya, kepalaku terdongak keatas dan mataku merem melek, diikuti dengan orgasme pertamaku yang kudapat oleh seorang pria. tak hentinya rangsangan pada tubuhku hingga mengejang keras, kurasakan cairan memekku mengucur deras hingga terdengar bunyi kocokan jari pak pri di memekku
tak lama pak pri pun melepaskan seluruh rangsangannya, iapun berdiri dan mengenakan kembali rapi pakaiannya, tanpa sepatah katapun, ditinggalkannya diriku yang masih terkulai lemas di lantai hanya mengenakan jilbab dengan muka penuh dengan pejunya
pikiranku mulai kembali dari kenikmatan yang baru saja kurasakan, kuberdiri dan melihat betapa kusutnya penampilanku saat ini, jilbab yang sudah tidak karuan dengan sedikit bagian rambut yang terlihat, disertai lelehan peju yang juga mengenai sedikit bagian jilbabku, tanpa dapat berpikir apapun, segera kukenakan kembali legging dan mansetku, putingku yang masih mencuat keras tercetak jelas di balik mansetku. segera kubersihkan mukaku sebisanya karena sudah ada bagian yang mengering, lengkap dengan baunya yang tak kunjung hilang
kurapikan seluruh pakaianku sebisanya, dengan lemas kuberjalan kebawah, kulihat pak Pri sudah tidak ada disana, hanya ada Danu yang juga bersiap untuk pulang, kubiarkan Danu berjalan keluar terlebih dahulu, barulah aku turun menuju teras
kulihat disana tinggal kak Angga yang sedang merokok, segera kuberjalan menuju motorku
"Eh fir hati hati ya pulangnya, nyetirnya yang konsen yaa" sahutnya dengan senyum nakalnya. aku yang sudah tidak sanggup lagi berpikir hanya membalas dengan senyuman dan bergegas pulang menuju apartemenku. sesampainya disana, segera kulepaskan seluruh pakaian dan jilbabu, kurebahkan tubuhku di kasur sambil mengingat kenikmatan luar biasa yang kudapat hari ini, ada rasa sangat puas didalamnya namun juga rasa takut dan bingung yang luar biasa, tanpa terasa, akupun terlelap.
----