• link terbaru forum gocrot per 16 November 2024 : KLIK DI SINI

[ASK] How become the best version of yourself?

Disclaimer:

Utas ini dibuat bukan untuk menggurui, atau bersifat mengajarkan kalian nilai-nilai kehidupan. Sejujurnya saya juga masih sangat "hijau" dan "tumpul" dalam memaknai arti sebuah hidup. Selain itu prefix utas ini merupakan [ASK] maka peran saya di sini adalah sebagai penannya, sehingga tidak usah menahan diri karena kalian diperbolehkan untuk mengasih masukan agar saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.​
1548702040325-call-me-by-your-name-reading.webp

Geez, I'm just stumbled on the middle of nowhere. This is the outlier, the thickest unmolested part of the great internet. People don't walk this far, I think this forum not really got attention from normies. Since we're still anonymous there's no reason for me to feel ashamed, right? So please take a seat, because I want make a long journal that stoicism was completely changed my perspective about life.

Saya cuma seorang "nomaden" di internet, seorang outcast yang tidak pernah masuk ke suatu komunitas dunia maya manapun sebelumnya. Jadi, izinkan saya untuk meminta ruang sedikit di tempat ini untuk setidaknya "meninggalkan jejak", bahwa pemikiran saya pernah bersemayam di forum "Go-Crot". :hore:

Okay, maksud dari utas ini dibuat adalah untuk menanyakan kepada kalian semua hal-hal apa saja yang bisa membuat diri kalian menjadi "versi yang lebih baik" dari sebelumnya. How about me? Oh ya, hal yang sangat fundamental bagi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik adalah bertemunya saya dengan filosofi stoisme.

Sebelum masuk ke inti pembahasan, saya mau sharing sedikit kalo beberapa bulan belakangan saya mencoba untuk belajar filosofi stoisme (dari buku filosofi teras). Di sini saya nggak mau mengupas/review tentang bukunya, tapi lebih ke arah bagaimana stoisme dapat mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan.

Jadi apasih filosofi stoisme itu? Simple-nya stoisme merupakan falsafah ilmu yang mempelajari bagaimana kita mendikotomikan/memanajemen cara kita berpikir. Sehingga kita akan lebih mudah mengesampingkan emosi negatif, dan meringankan beban pikiran kita untuk menjalani beratnya kehidupan.

Menurut saya, benang merah dari ilmu stoisme adalah bagaimana kita membedakan terhadap hal-hal apa saja yang berada dalam kendali kita. Dan hal-hal apa saja yang sebenarnya sudah berada di luar kendali kita.
Dalam kendali kita:
Tujuan, keinginan, asumsi pribadi, dan segala sesuatu yang berasal dari pikiran dan tindakan kita sendiri.

Di luar kendali kita:
Kesehatan, kekayaan, popularitas kita, opini dan tindakan orang lain, kondisi saat kita lahir (berasal dari keluarga mana, gender, ras), pasangan, dan semua yang tidak berasal dari pikiran kita sendiri.​

Ciri unik yang membedakan manusia dengan mahluk lain adalah rasionalitas/cara berpikir yang kompleks. Jadi kalo agan tidak berpikir secara "rasionalitas", itu artinya agan melawan alam/nature (harap dicatat pada dasarnya memang manusia udah didesain oleh alam untuk bisa berpikir secara rasionalitas, manusia bukan hewan ternak yang cuma bisa berpikir besok harus makan rumput di mana). Lantas apa jadinya, kalo hidup ini tidak lagi selaras dengan alam?

Lihat saja burung yang pada dasarnya hidup di alam lepas, terbang kemanapun ia ingin namun justru ia terkurung di dalam sangkar sempit. Hidupnya tidak akan lagi bebas karena secara alam burung dasarnya tinggal di alam luas tidak di dalam sangkar buatan manusia, mau seperti apapun ia tidak akan merasakan bahagia (yang maksimal) sekalipun makanannya terpenuhi.

Dalam bukunya Epictetus (seorang filsuf stoa) menjelaskan, "hal-hal yang ada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat, tetapi hal-hal yang tidak di bawah kendali kita bersitat lemah, bagai budak, terikat dan milik orang lain. Maka ingatlah, jika kamu menganggap hal-hal yang bagaikan budak sebagai bebas. Dan hal-al yang merupakan milik orang lain sebagai milik mu sendiri. Kamu akan meratap, dan kamu akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia."

Konklusinya, bersiaplah untuk merasa kecewa jika kamu masih menggantungkan kebahagian mu pada hal-hal yang sudah berada di luar kendali/kapasitas yang kamu miliki (seperti yang disebutkan tadi di atas). Kabar baiknya segala sesuatu yang bisa membuat kita bahagia adalah berasal dari diri kita sendiri. Iya, ini semua tidak ditentukan oleh orang lain tapi anda sendiri.
834211879-dr-seuss-brains-in-your-head.jpg

Otak, kaki, badan, dan segala sesuatu yang menempel pada diri agan sejatinya bisa agan kendalikan tanpa campur tangan orang lain!

Mungkin terdengar seperti bualan kosong di siang hari. Tapi percayalah, bahwa agan masih bisa bahagia tanpa harus melihat, mendengar, dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Contohnya, agan terlahir (maaf) berhidung pesek dan orang-orang di sekitar agan membully agan hanya karena bentuk hidung agan yang sedikit lebih mungil ketimbang orang lain.

Yang pada dasarnya, apabila kita telisik lagi bahwasannya fisik tersebut adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa kita rubah (well, let's say disini kamu juga tidak mampu untuk oplas). Harap ingat, sebagai manusia agan diberikan pikiran rasional sehingga gunakanlah kemampuan itu untuk coping masalah pesek itu tadi. Agan mau nangis, jungkir balik, mengutuk ketidakadilan Tuhan. Tapi mau gimanapun hidung agan memang sudah tercetak seperti itu. Akan sangat "melawan alam/nature", apabila agan ingin mengubahnya menjadi mancung. Itu sudah di luar kendali dan kapasitas yang agan punya. Mau dipaksain? Ya sakit hati sendiri pasti~

Alih-alih menyimpan emosi negatif hanya karena opini orang lain, yang mana opini/perilaku tersebut sama sekali gak bisa kamu kendalikan kenapa gak coba buat kontrol pikiran dan perilaku mu sendiri aja? Inget, ini otak kamu, kepala-kepala kamu, gimana ceritanya mereka bisa ngatur? Toh yang bisa kendalikan bebas sesuka hati alur berpikir mu cuma kamu doang kan?

Dengan kemampuan ini kamu memiliki kebebasan yang luar biasa agar tidak akan pernah terluka oleh omongan/perilaku orang lain. Ingat, kamu tidak akan terluka, kecuali kamu sendiri yang membiarkan diri mu untuk merasa terluka.

Udah gak usah baper/sakit hati karena pada dasarnya yang bikin emosi negatif itu cuma kamu sendiri aja kok. Misalnya, kayak contoh di atas kan kamu sadar betul terlahir pesek tuh. Kenapa kamu gak coba berdamai saja dengan kekurangan yang kamu miliki?

Terima saja kenyataan kalo bentuk hidung mu memang seperti itu, dengan kamu punya pikiran:​
"Oh iya ya, hidung ku memang pesek. Tapi mau gimana lagi sih ya Allah, emang kenyataan nya gitu. Kenapa aku harus tersinggung dengan hal yang benar-benar terjadi, dan gak dikarang/difitnah sama orang lain? Lagian kenapa kalo pesek? Aku ngeliatnya manis-manis aja kok. Ah lagian daya attractive seorang manusia kan gak cuma dari fisik aja. Ngapain aku baper sih, toh aku bakalan terlihat cantik di depan orang-orang yang cinta sama aku hehe"

Percayalah, dengan mendikotomikan pemikiran mu kayak gitu adalah bentuk defensif agar tidak mudah tersinggung. Kamu gak bakal gampang baper lagi. Dan kalo sesuai dengan template stoisme hasilnya juga bakal mudah lebih diterima.

Hidung kamu pesek? Identifikasi lagi, kalo hidung kamu pesek ini bisa dirubah atau tidak? Kalo bisa dirubah ya silahkan dirubah, kalo tidak? Ya silahkan aja langsung move on. Ngapain menghabiskan emosi buat hal-hal yang berlawanan dengan alam? Sebagai manusia harusnya kamu lebih rasional, kan?

Jika kamu bertanya, bagaimana ceritanya kesehatan bisa diluar kendali kita? Oke, mungkin kamu orang yang rajin olahraga, orang yang rajin nge gym tiap hari dan selalu menjaga pola makan. Mungkin itu semua adalah bentuk usaha mu sendiri. Namun apa jadinya kalo suatu hari kamu didiagnosa penyakit kanker? Yang notabenenya oleh beberapa ahli bidang kesehatan menyepakati bahwa kanker bisa diwariskan melalui genetik. Lalu jika suatu waktu kamu sedang menaiki motor menuju ke tempat gym, dan tidak sengaja terhantam oleh truk yang sedang melintas membuat kaki mu patah dan harus hidup cacat seumur hidup. Ingat, mau bagaimanapun kesehatan dirimu sudah sangat di luar kendali kamu. Tidak ada jaminan mutlak jika kamu akan selalu sehat, semuanya itu bisa direnggut kapanpun.

Misalnya lagi kamu mendapat panggilan kerja interview. Hasil penilaian HRD adalah hal yang tidak berada dalam kendali mu. Opini mereka, penilaian mereka sama sekali tidak bisa kamu kendalikan. Apa dong yang bisa kamu kendalikan? Ya kemampuan yang kamu punya, daripada capek-capek mikirin hasil akhir mending waktu dan energi kamu dialokasikan buat latihan biar hasilnya maksimal.

Nah, kalo udah berlatih maksimal tapi hasilnya masih kalah juga? Ingat lagi hei.... Yang nentuin diterima atau tidaknya kamu kerja sudah bukan kamu lagi. Bisa aja lawan-lawan kamu lebih tangguh, bisa aja posisi bidang kerja dinilai tidak cocok untuk kamu. Tetap stay di template yang kamu pegang: fokus saja terhadap hal-hal yang berada di bawah kendali mu.

Hidup dengan memiliki ketergantungan terhadap hal-hal yang di luar kendalimu (uang, pacar, popularitas, opini orang lain) hanya akan membuat hidupmu merasa sesak. Sudahi itu semua, dan mulailah menyadari jika kebahagian mu sepenuhnya berada di dalam genggaman.


1. Stoisme Mengajarkan Untuk Selalu Rendah Hati

Serius deh, sebenarnya dalam durasi kehidupan yang sangat singkat ini agan mau cari apa sih? Kesehatan, kecantikan, bahkan kedudukan yang agan punya juga bakalan hilang ditelan waktu.

Di atas awan pasti bakalan masih ada awan lagi, hidup yang nyaman adalah hidup yang membumi dan tetap low profile. Kalo agan sudah membentuk pola pikir "rendah hati" ini agan gak bakalan terluka sama sekali pas agan direndahkan orang lain (sekalipun orang yang merendahkan agan gak lebih cantik/kaya/pintar).

Namun harus perlu digaris bawahi jangan sekali-kali "merendahkan" hati hanya karena semata-mata ingin mendapat pujian orang lain dan atau mengklaim dirimu bijaksana. Rendah hati lah karena kamu merasa kehadiran mu di dunia ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Dan kamu bukanlah apa-apa, hanyalah setangkai padi yang merunduk karena isi butirnya sangat bernilai.

Analoginya gini deh, kamu sekarang sebenarnya sudah ada di lantai 7. Tapi kamu bersih kukuh untuk tidak merasa jumawa diri, sehingga memilih untuk tinggal di lantai 2 saja. Karena yaaaa..... masih belum merasa sehebat itu. Nah, andai kata sewaktu-waktu kamu jatuh. Mana yang lebih sakit rasanya? Jatuh, dari lantai 7 badan kamu mungkin bakalan hancur berantakan. Tapi kalo dari lantai 2, worst scenario yang terparah paling kamu cuma patah tulang/keseleo.

Tehnik pola pikir ini bakalan membantu agan untuk menghadapi kenyataan kalo di luar sana banyak orang yang lebih hebat dari agan. Merasa tidak lebih hebat karena tetangga agan lebih kaya? Terus apa masalahnya? Toh sedari awal agan memang sudah jauhhhhh berada di bawah orang-orang di seluruh muka bumi ini kok. Sejak awal agan bukanlah siapa-siapa. Terus kenapa harus merasa terluka karena kalah dari suatu pertandingan yang sejak awal juga sebenarnya tidak pernah bisa kamu menangkan?

Kamu terlahir sebagai seorang manusia yang menjejaki tanah, tanyakan lagi pada hati nurani mu kenapa harus merasa iri oleh burung hanya karena kamu tidak bisa terbang?


2. Memaafkan itu bukan untuk orang lain, tapi buat diri kamu sendiri

Kalian pernah dengar gak sih ada orang yang sering bilang, "Ih kenapa harus gue yang minta maaf? Dia yang buat salah, ya dialah yang minta maaf."

Aku juga gak tahu, kenapa seolah-olah setiap ada masalah selalu muncul narasi kalo kata maaf itu perlu dilakukan untuk mereka-mereka yang berbuat salah. Kalian bisa kok memaafkan secara sepihak (memaafkan kesalahan orang tanpa harus orang itu melakukan maaf ke kamu), hayoloh bingung kan?

Pada kenyataannya, aku baru sadar kalo nilai dari kata maaf itu bukan untuk orang lain. Tapi buat diri sendiri. Demi kelapangan jiwa yang kita miliki.

I know it's so fucking silly, tapi mungkin kita pernah menjadi tipe orang yang bisa menyimpan dendam bertahun-tahun. Padahal belum tentu orang yang buat salah sama kita aja masih inget kesalahannya apa.

Misalnya, agan menyimpan dendam hanya karena pacar agan memilih untuk putus dan tinggal bersama orang yang lebih baik dari agan. Kenapa agan harus marah kalo kenyataannya salah satu di antara kalian segan untuk menyerahkan hatinya? Buat apa agan maksa-maksa kalo dia juga gak mau sama agan? Tidak Rasional bukan? Melawan hukum alam bukan?

Sehari-hari rasanya agan pengen dia mati, rasanya pengen dia lebih jatuh dan ngerasain sakit yang berlipat-lipat ganda daripada apa yang agan rasain. I hope she cry every night. Every time she think of me, I hope she break down. I hope she die of depression thinking about me, and I hope she feel guilty for the rest of her life.

But, at his point I think it was enough. I'm tired because of my resentment. Hidup agan malah jadi gak tenang, nyimpen dendam sekian lama malah bikin agan kering kerontang. Haus akan rasa balas dendam.

Kenapa agan bisa nyimpan dendam sedalam ini, sama orang yang dulu pernah baik sama agan? Sama orang yang dulu pernah agan cintai sedalam-dalamnya. Apa ujung dari rasa dendam ini? Apakah agan bakalan puas kalo suatu hari denger kabar dia meninggal beneran di masa depan?

Well kembali lagi, kata maaf itu bukan untuk orang yang melakukan kesalahan. Maaf itu buat agan sendiri. Dengan berlapang dada, dengan berdamai pada rasa murka maka agan akan lebih rasional.

Menurut saya, balas dendam yang paling hebat adalah dengan melupakan kesalahan yang telah orang lain perbuat sehingga saya bisa move on. Sehingga hidup ini gak lagi terasa begitu mencekik. And yeah... it's work.

(well forum ini juga gak akan lahir kalo adminya gak move on dari rasa sakit hatinya karena didepak dari forum yang lama, berangkat dari rasa memafaakan itu dia justru akhrinya bisa bikin forum go-crot, kan?)

Haha mungkin kalian gak bisa relate ya? Oke deh, saya ambil contoh simple nya pas kalian main forum gini pasti pernah kan ketemu sama user yang ngeselin? Wajar sih, namanya juga forum diskusi kan, beda kepala, beda isi pemikiran.

Kalo kalian tetap berpegang teguh sama rasa amarah itu, kalian gak bakal tenang main forum karena masih ketemu dia lagi. Merasa punya musuh itu gak enak banget serius deh.

Kalian-kalian yang mungkin anak forum dari sebelah, merasa penat lalu membuka akun baru lagi disini serta merta untuk memulai kehidupan forum yang lebih tenang. Meninggalkan orang-orang lama yang mungkin belum kalian maafkan.

Kalo agan kembali lagi ke ilmu stoisme masalah ini bakalan sangat gampang untuk dilewati, terus kalo nggak gimana? Apa jadinya kalo agan terus mengikuti rasa amarah, lalu justru ikut terpacing emosi untuk ikut ngata-ngatain? Yang ada akun agan malah dibanned kan? Susah-susah bikin akun kloningan cuma buat ngatain orang lain tanpa memberikan value/nilai positif ke diri agan. Emang worth it banget ya masalah dunia maya bikin kamu uring-uringan di real life?

Kalo agan sudah pernah atau merasa seperti yang saya sebutkan di atas, coba pikir lagi... Kenapa agan harus menggantungkan kebahagiaan agan pada orang yang sejatinya agan benci? Kalo nggak ada dia buat lo musuhi/caci maki emang lo tidak bisa merasa bahagia gitu?

Dimanapun itu, kapan pun itu, memaafkan tidak akan pernah menjadi sebuah tindakan yang salah. Karena sejatinya, memberi maaf bukanlah untuk kepentingan mereka. Tapi buat kepentingan dirimu sendiri, demi kelapangan hati dan jiwa yang kamu miliki.


3. Bersyukur bisa melipatgandakan kebahagiaan

Kayaknya untuk poin ini udah bukan jadi rahasia umum lagi deh. Pasti kalian pernah dengar cerita artis cantik Marilyn Monroe yang meninggal karena overdose. Dan atau gitaris ternama Kurt Cobain yang memilih buat mengakhiri hidupnya di tengah puncak ketenaran yang dia miliki? Pikir lagi, orang secantik Marilyn aja nekat buat milih bunuh diri, dan orang sekaya raya Kurt Cobain juga seperti merasa tidak puas dengan hidupnya. Lalu sebenarnya apa yang bisa bikin manusia-manusia hebat ini memilih untuk mengakhiri hidup?

Sudah pasti jawabannya karena mereka tidak bahagia bukan? Kalo kebahagiaan bisa dibeli kayaknya udah bakalan banyak banget orang yang mengantri untuk membelinya. Jadi di sini, karena "kebahagiaan" itu tidak diperjualbelikan, dan tidak pula disembunyikan, harusnya kita bisa bahagia dengan mudah. Karena kebahagian itu datangnya dari hati. Dari hal-hal kecil yang tidak kita sadari.

Dengan terus merasa cukup, merasa bersyukur kebahagiaan itu bisa kita dapat, dan kita tingkatkan rasanya berkali-kali lipat. Gini deh, contohnya bagi kalian yang umat beragama pasti pernah berpuasa kan. Harus kita sepakati bersama apapun jenis makanan yang kita santap pas berbuka rasanya luar biasa nikmat.

Pada titik ini, saya juga sampai mikir kayaknya citra rasa yang paling nikmat adalah rasa lapar itu sendiri. Makan apapun, kalo kita lapar pasti bakalan akan menikmatinya. Apa saya harus puasa tiap hari biar makannya seenak gini terus?

Nah, sekarang bagaimana caranya agar kita bisa terus "merasa sangat lapar" di tengah-tengah keterbatasan dan kecukupan yang kita miliki? Ya benar, tentu saja dengan bersyukur.

4. Jangan pernah membohongi diri sendiri

Untuk poin yang terakhir, tidak akan sangat sempurna apabila kalian masih belum bisa jujur kepada diri sendiri. Percuma juga pura-pura stoic/tabah kalo kenyataanya di hati kecil kamu masih merasa ketidakbahagian itu. Haha say pernah kok ada di fase ini. Mungkin sekarang juga masih? Gak ada yang tau kan.

Tapi gini loh, ambil contoh pas lagi putus sama mantan pacar di poin 2 tadi deh. Mungkin sebagian dari kita pernah semacam "denial" sama diri kita sendiri, mencoba melipur lara dengan berpikir kalo sebenarnya kita udah baik-baik saja.

Kita berdelusi sendiri di kepala kita dengan berpikir, "ah sebenernya putus sama dia itu udah pas banget sih. Dia gak ganteng-ganteng amat kok, dia juga gak kaya-kaya amat. Harusnya dia sendiri yang rugi udah milih buat putus sama aku".

Mungkin dari beberapa dari kalian bahkan punya pikiran buat pacaran sama orang random, semata-mata buat cari pelarian, dan mau nunjukin ke si mantan kalo kita udah punya pacar baru. Tapi kembali lagi, haruskah kita berbohong kayak gini? Emang luka yang kita punya bisa langsung sembuh kalo punya pacar baru?

Alih-alih buat mengakui kalo luka itu "ada" dan rasanya sakit, kita malah berusaha menghibur diri dengan seolah-olah lukanya sudah kering dan sembuh. Kalian nggak akan pernah bisa bahagia kalo kayak gini caranya. Mending, lebih baik tahu kalo lukanya itu ada terus kalian sembuhin pake obat daripada ditutupin eh jadinya malah membusuk dari dalam.

Kalo dari contoh tadi, apa susahnya sih mengakui, kalo dia memilih wanita lain mungkin karena apa yang dia cari di diri kita itu gak ada. Ibarat jual buah apel, yang dia cari di kita itu buah durian. Ya gak bakal terjadi transaksi jual beli. Mungkin di mata dia kita kurang good looking? Mungkin di mata dia aku kurang pintar dan kaya? Ya sudah biarkan kenyataan itu menjadi evaluasi buat diri kita sendiri. Karena persepsi dia tentang aku udah di luar kendali kita.

Opini dan asumsi mereka udah benar-benar di luar genggaman tangan kita, merupakan hak sebebas-bebasnya kalo mereka mengira kita bukanlah seseoarang yang cocok untuk mereka cintai. Karena di kepala kita, di otak dan asumsi kita sadar betul kalo kita tidak akan pernah kehabisan sumber untuk dicintai oleh manusia-manusia lain di muka bumi ini. So, where is the problem huh?

Misalnya lagi kalo kamu merasa tidak bahagia punya teman dan lingkungan yang toxic, maka gak ada salahnya buat jujur ke diri kamu sendiri untuk memilih keluar dari sumber masalah itu tadi. Sama halnya dengan stoism, gak usah pura-pura udah stois padahal di dalam hati kamu masih belum bisa melakukannya. Jujur aja, akui hal-hal yang menjadi kekurangan/mengusik rasa nyaman mu. Evalusi hal itu, supaya bisa kamu perbaiki.

Untuk bisa stoic/tabah di kehidupan sehari hari memanglah bukan hal yang mudah. Sama halnya dengan berlatih otot ke tempat gym, maka kemampuan kalian memanajemen pikiran pun harus terus dilatih. Kesabaran itu bisa datang kalo agan terbiasa untuk mengimplementasikan kesabaran itu di kehidupan sehari hari.

Tidak ada hasil yang instan, tidak apa-apa kalo agan masih merasa kesal ketika menghadapi suatu masalah. Justru, karena terbiasa hidup di bawah tekanan agan akan lebih "kebal mental" saat menghadapinya lagi. Jangkan hati, kulit pun kalo dicubit pasti sakit kan?

I know sometimes life can be so tough, but this is life bruh.. "this is how we live". Emang aturan mainnya kehidupan itu begini, ada masalah, selesaian masalah eh malah muncul masalah baru. Keberadaan filosofi stoisme akan sangat membantu kesehatan mental kita buat menjalani obstacle/masalah kehidupan itu.

Mohon maaf apabila ada salah-salah kata, kalian boleh ikut nambahin kok (hal-hal yang bisa bikin kalian merasa menjadi manusia yang lebih sempurna dari sebelumnya). Semoga dengan adanya thread ini saya juga bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Ingat, selalu berpikir kalo hari ini adalah hari terakhir kalian hidup, maka dari itu berikanlah versi terbaik diri kalian untuk setiap detiknya.​
 
Last edited:
Back
Top