• link terbaru forum gocrot per 16 November 2024 : KLIK DI SINI

[SHARE] ARJUNA SASRABHAHU

R Wijaya

Balita GoCrot
fU9mq9m.jpg




Ijinkan Saya berbagi kisah tentang Dunia Perwayangan, Kebudayaan tinggi penuh dengan makna-makna, baik tersirat maupun tersurat. Kisah penuh dengan Adi Luhung Bangsa Ketimuran, yang kini telah Hilang Musnah, terdampar disisi. Dipojok kehidupan, Bagai Senjata Pusaka yang tak terpakai lagi. Hilang bersamaan dengan sifat-sifat keduniawian manusia. Sudah kodrat jaman, sudah kodrat Alam ini terjadi. Tinggal kita menyikapi kedepannya. Dipegang, diugemi atau dibiarkan??
Pilihan di masing masing individu.
Selarik kisah ini hanya sebagai pengeling eling bagi yang mau eling, bukan yang tak mau eling.

Kisah ini hadir untuk tak lebih dan tak bukan, tak ada maksut apa apa, apalagi urusan dunia yang serba materialitis ini.

Apresiasi buat Dunia Rasa Qolbu dari sanalah kisah ini datang, dari sanalah tulisan ini hadir, dari sanalah saya akan berbagi.

Kisah Sang Kesatrian Gagah Perkasa,Adil,Jujur dan Lurus.
Dialah Sang Arjuna SasraBhahu

=== Salam R Wijaya ===




RZ1vkXW.jpg



DUNIA RASA QOLBU
Kepekaan Rasa pada Qalbu Diasah dari Petualangan Dewa-Dewa Pengasuh dan Pengayom Alam Semesta.



ARJUNA SASRABAHU

SUMANTRI & SUKRASANA.



Arjuna Sasrabahu adalah Putra Mahkota Kerajaan Maespati merupakan titisan Batara Wisnu. Batara Wisnu harus turun ke marcapada (dunia manusia) bertugas untuk menumpas Dasamuka yang sudah membuat kerusakan amat parah bagi kehidupan manusia diperbagai negara. Batara Wisnu harus menitis keraga manusia, untuk dapat memimpin pasukan menumpas Kerajaan Alengka dan membunuh Dasamuka atau Rahwana. Peristiwa itu merupakan rencana dari Sanghyang Otipati Jagatnata Batara Guru.

Namun ada yang luput dari pengamatan Sanghyang Otipati adalah kehadiran dua anak manusia, putra Resi Suwandageni dari Pertapaan Jatisarana. Tetapi kehadiran dua anak manusia ini sejak awal sudah terpantau oleh Semar dan Togog sebagai biang gara-gara sumber kehancuran tatanan alam dunia sekaligus memporak porandakan tatanan kehidupan manusia diseluruh Kerajaan manusia. Kedua anak manusia tersebut adalah Bambang Sumantri kelak diberi gelar Patih Suwanda dan adiknya Sukrasana.

Secara kasat mata dan garis keturunan rasanya tidak mungkin keduanya akan menjadi biang onar keseimbangan yang ditakuti Semar dan Togog. Maka supaya bisa memantau perkembangan tindak tanduk keduanya, Semar berinisiatif untuk melamar kerja di Kerajaan Maespati sebagai pengasuh Arjuna Sasrabahu kacil. Karena Semar sudah tahu, kelak dua orang itu akan datang dan mengabdi di Kerajaan Maespati ini. Kisahnya dimulai dengan uraian silsilah leluhur-leluhur Kerajaan Maespati.

Syahdan berdirilah Kerajaan besar di awal tahun Hindu Kuno, sekitar tahun 25 ribu BC (25 ribu sebelum masehi), kira-kira awal zaman ‘perunggu’. Kerajaan itu bernama Kerajaan Maespati. Adapun cerita Kerajaan Maespati yang terdapat dari salinan naskah kuno (codex) Hindu itu ternyata agak berlainan bila dibandingkan dengan tulisan ‘Purwacarita’.

Tapi disini tidak akan membahas perbedaan itu, karena prinsipnya Kerajaan Maespati adalah kerajaan yang luar biasa indah dan sangat megahnya untuk taraf kebudayaan kuno saat itu. Keraton dengan dekorasi interior dan struktur bangunan dengan konstruksi sangat menakjubkan, kuat, indah dan dengan bentangan-bentangan ruangan yang sangat luas, menyerupai ruang aula pada masa kini. Belum lagi langit-langit ruangan yang cukup tinggi untuk kebudayaan kuno saat itu.

Pilar-pilar dan balok-balok penopang bangunan, walau kelihatan sangat besar, namun dibuat dari bebatuan granit yaitu material batu gunung yang sangat kuat. Selain itu semua dinding dan tembok diukir dengan ukiran kualitas prima. Lantai kerajaan didisain menakjubkan karena setiap ruang mempunyai ketinggian lantai (leveling) berlain-lainan, disamping ditutup dengan batu gunung (sekarang dikenal sebagai marmer) dengan kualitas teratas dan warna-warna cerah menghiasi lantai setiap ruangan.

Walau belum mengenal teknologi jendela, namun setiap ruangan, lubang sirkulasi udara ditutup kain-kain teranyam dengan hiasan dari emas dan perak. Memang belum dikenal pintalan kain, maka tidak sehalus kain-kain sekarang, dan tentu jauh dari kehalusan kain sutra. Tetapi sebagai kelambu penghias ruang kerajaan, kain penutup jendela, singgasana raja, sudah cukup indah, karena anyaman hiasan dari emas dan perak itu.

Kursi singgasana raja dibuat dari bahan jati pilihan dengan bentuk ukiran yang luarbiasa, apalagi dihiasi dengan batu-batu permata dengan kombinasi warna-warna khas kebudayaan Hindu kuno. Semua ruang diberi pewangi ruangan yang disimpan di setiap sudut ruang. Pewangi itu berasal dari bakaran ramuan akar-akar, rerumputan dan dedaunan yang diolah sebagai jamu bakar, yang selain memberikan bau asap yang harum, juga sebagai pengusir serangga.

Jamu pewangi ruangan disimpan pada cungkup terbuat dari emas. Dan semua perabot rumah tangga, perabotan perjamuan tamu seperti gelas, piring dan pisau makan, sendok garpu, semua terbuat dari emas berhiasan intan berlian. Dan jangan dikata hiasan untuk pakaian raja dan mahkotanya. Karena jika tidak berhias intan berlian, pakaian kebesaran berhiasan anyaman emas, maka raja pada saat itu dianggap bukan raja terbesar.

Kerajaan Maespati ini didirikan dan dibesarkan oleh seorang ksatria bijak, luas wawasan pengetahuannya dan sangat arif, adil dalam memutuskan perkara-perkara hukum. Sehingga dicintai semua rakyat Maespati. Semua lapisan masyarakat merasa aman dan tenteram bernaung di bawah kepemimpinannya.


Bersambung...
 
Last edited:
Raja itu bernama Prabu Dewangga. Prabu Dewangga ini kelak akan menurunkan orang-orang besar yang menghiasi sejarah dengan tinta emas. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan disini semua silsilah keturunan Prabu Dewangga.


Secara kasat mata dan garis keturunan rasanya tidak mungkin keduanya akan menjadi biang onar keseimbangan yang ditakuti Semar dan Togog. Maka supaya bisa memantau perkembangan tindak tanduk keduanya, Semar berinisiatif untuk melamar kerja di Kerajaan Maespati sebagai pengasuh Arjuna Sasrabahu kacil. Karena Semar sudah tahu, kelak dua orang itu akan datang dan mengabdi di Kerajaan Maespati ini. Kisahnya dimulai dengan uraian silsilah leluhur-leluhur Kerajaan Maespati.

F adalah Dewasana, Prabu ini berputra dua;
+1.1. Putra sulung bernama Prabu Heria, berputra dua;
*1.1.1. Putra sulung bernama Prabu Karta Wijaya, berputra satu;
#1.1.1.1. Arjuna Sasrabahu.

*1.1.2. Putra bungsu bernama Resi Gautama berputra tiga;
#1.1.2.1. Dewi Anjani.
#1.1.2.2. Raden Subali.
#1.1.2.3. Raden Sugriwa.

+1.2. Putra bungsu bernama Prabu Wisanggeni, berputra dua;
*1.2.1. Putra sulung bernama Resi Suwandageni, berputra dua;
#1.2.1.1 Sumantri
#1.2.1.2 Sukrasana

*1.2.2. Putra bungsu bernama Jamadagni disebut Ramabergawa.

2). Putra bungsu adalah Dewatana, tidak ada catatan mengenai silsilah keluarganya.


Dari ranting silsilah di atas, nampak bahwa antara Arjuna Sasrabahu, Dewi Anjani, Subali, Sugriwa, Sumantri dan Sukrasana adalah satu angkatan bersaudara sepupu, dengan urutan silsilah tertua adalah Arjuna Sasrabahu disusul Dewi Anjani dan kedua adiknya dan silsilah termuda adalah Sumantri dan Sukrasana.

Jadi sudah dapat diperkirakan, peristiwa Ramayana akan terjadi setelah peristiwa Arjuna Sasrabahu, atau titisan Batara Wisnu berpindah dari Arjuna Sasrabahu ke dalam tubuh Sri Rama sekitar 20 sampai 30 tahun kemudian, atau setelah Dewi Anjani, Raden Subali dan Raden Sugriwa selesai bertapa atas petunjuk ayahnya Resi Gautama.

Kisah Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa akan dikisahkan terpisah, karena akan terkait dengan penitisan Batara Wisnu berikutnya. Sedangkan Sumantri dan Sukrasana akan terlibat pada kehidupan Arjuna Sasrabahu. Saat itu keduanya terpisah jauh dengan jarak dan derajat kedudukan sosial.

Takdirlah yang akan mempertemukan mereka antara Sumantri dan Arjuna Sasrabahu. Sumantri dan Sukrasana mendapatkan segala pelajaran ilmu kesaktian dan kegagahan dari ayah mereka Resi Suwandageni di pertapaan Jatisarana. Sehingga kedua putera resi ini benar-benar sama saktinya.

Tentu dalam olah tempur dan penguasaan pemakaian senjata, Sumantri lebih unggul daripada Sukrasana. Sukrasana menguasai juga, tapi hanya terbatas teori tanpa latihan fisik kanuragan. Namun dalam penguasaan olah kesaktian tenaga batin keduanya sama-sama mumpuni.

Setelah dewasa perbedaan ini semakin kelihatan nyata. Sumantri tumbuh menjadi pemuda berpostur tinggi tegap dan tampan, profil ksatria pilih tanding. Sedangkan Sukrasana memiliki penampilan raksasa mungil kurus dan berperut buncit, hingga dewasa postur tubuh Sukrasana tidak berubah.

Kalau Sumantri tumbuh dewasa dengan keahlian tata kelahi kanuragan semakin matang, apalagi setelah dianugerahi sejata sakti dari Hyang Otipati sebuah panah sakti bernama ‘Cakrabeswara’,Sumantri semakin meningkat kesaktiannya.

Sebaliknya Sukrasana dengan postur kecil mungilnya, memiliki kelebihan dalam olah rasa qolbu dan olah batin, menyatu dan berkomunikasi dengan ‘semua’ alam. Suatu talenta gaib yang diturunkan alam. Masa sekarang orang jenis ini dinamakan sebagai anak Indigo, paranormal, psychokinetic, extrasensory dan beyond telepathic sences (diluar jangkauan indra telepati).

Sukrasana bisa memerintahkan benda-benda, semua jenis binatang dan mengendalikan iklim dan cuaca. Semakin dewasa kemampuan indra ke enamnya semakin tajam menakjubkan serta menakutkan.

Dari Sukrasana inilah sumber marabahayanya kelak apabila dia sudah berumur. Karena Sukrasana sejak bayi sudah dibuang ayahnya kehutan dan hanya ditanamkan ajian ‘Belah Jiwa’ semacam ajian adaptasi, tiruan atau malih-rupa (nemesis).

Maka selama hidup dihutan Sukrasana tidak pernah diganggu hewan buas manapun, karena semua hewan buas melihat dan merasakan Sukrasana adalah makhluk dari sejenisnya, bahkan semua hewan-hewan buas itu dengan senang hati memelihara dan memberi makan sang bayi Sukrasana.

Hebatnya pula berkat ajian itu, Sukrasana mampu menyerap semua bahasa-hewan dihutan itu. Mampu berubah wujud menjadi bentuk hewan apapun hanya dengan melihat saja. Dahsyatnya ajian ‘Belah Jiwa’ tidak sampai disitu saja, Sukrasana mampu meniru kepandaian semua orang dengan cukup memandang saja, bahkan bisa menguasi walau hanya dengan ‘mendengar nama orang sakti’ itu saja.

Itulah sebabnya selama dilatih ayahnya Resi Suwandageni bersama kakaknya Sumantri, Sukrasana sebenarnya ‘sudah menguasai’ semua kesaktian ayahnya Resi Suwandageni, tanpa harus melatihnya, berbeda dengan kakaknya Sumantri. Sumantri harus melatih baik dengan puasa, tapa brata dan melatih aji-aji serta mantera-mantera ilmu kedigjayaan.

Saat Sumantri pergi untuk mengabdi kepada Prabu Arjuna Sasrabahu, Sukrasana tidak diberitahu ayahnya Resi Suwandageni kemana Sumantri pergi. Namun Sukrasana minggat pergi tanpa pamit untuk mencari tahu pengembaraan Sumantri.

Singkatnya Sukrasana berhasil menemui Sumantri dihutan kawasan Negara Maespati, sedang menyendiri, masgul akan tugas dari Prabu Arjuna Sasrabahu untuk memindahkan Taman Sriwedari dari Kahyangan Utarasegara di Suralaya ke Kerajaan Maespati. Karena Sumantri bercerita tentang tugas beratnya dari Prabu Arjuna Sasrabahu.

Tanpa sadar Sumantri menyebut-nyebut nama Sang Prabu yang didengar Sukrasana dengan cara yang ganjil, saat itu juga Sukrasana menyerap atau meniru kesaktian sang prabu itu, diantaranya kesaktian memindahkan taman Sriwedari tsb.

Dahsyatnya ajian itu akan semakin menjadi-jadi apabila pemiliknya dibiarkan tumbuh dewasa dan hidup lama. Ajian itu akan mampu menyerap habis ilmu-ilmu orang sejagat-raya, bahkan kehidupan seseorang akan dikendalikannya. Orang yang mempunyai kemampuan seperti itu akan cenderung menjadi lalim dan diktator, lupa-daratan karena memiliki segalanya.

Semar dan Togog yang mempuyai tugas menjaga keseimbangan alam raya hanya diperbolehkan bertindak melalui tangan orang lain, dan tidak bisa bertindak langsung. Maka Semar segera mengirim telik wangsit melalui kaca Lopian Hyang Otipati akan bahaya masa depan manusia dimasa kehidupan Sukrasana. Jadi Sukrasana harus dibunuh sebelum tumbuh dewasa.

Sang Prabu memberikan ujian kepada Sumantri, karena tampaknya Sumantri terlalu cepat menepukkan dada untuk menyatakan siap menerima segala tugas-tugas berat yang diberikan. Sikap percaya diri berlebihan itu karena dia memiliki andalan senjata anugerah Dewa, yaitu senjata sakti ‘Cakrabeswara’.

Sumantri yang sangat menyayangi adiknya Sukrasana dapat tega mengancam dengan panah yang disusul tewasnya Sukrasana. Peristiwa tewasnya Sukrasana sungguh diluar kehendak Sumantri. Seakan ada campur tangan lain yang mengatur kejadian itu.

Untuk jelasnya lebih baik kita kilas balik dengan mundur sejenak kebelakang, setelah Sumantri mendapat anugerah pusaka dari Dewa.

Di pertapaan ayahnya, Sumantri gelisah, sering duduk melamun, sifat petualangannya bergejolak menyeruak. Dia ingin turun gunung, ingin mencari pengalaman luas, ingin mencari pengakuan dari orang-orang di luar akan jati dirinya. Dia ingin mengabdi pada suatu kerajaan besar, tapi Sumantri mematok syarat, sang raja harus lebih sakti dari dirinya.

Maka kehidupan di pertapaan yang sunyi senyap semakin menyiksa batinnya. Hiburan satu-satunya adalah bercengkerama dengan adiknya Sukrasana, berburu ke hutan bersama, namun waktu terus berjalan, rasa bosan dan keinginan mengembara semakin mencekiknya.

Sang resi ayahnya melihat perobahan perilaku putra sulungnya, walau Sumantri berusaha menutup-nutupinya. Akhirnya suatu malam Sumantri dipanggil ayahnya setelah Sukrasana terlelap dengan tidurnya.

Terlihat sang resi sekarang telah berumur lanjut. Sang resi sudah menduga keinginan anaknya, mengembara mencari pengalaman hidup, dan sang resi tahu pula bahwa selain mengembara, Sumantri ingin mengabdi pada sesuatu kerajaan, tetapi dengan syarat sang raja harus lebih sakti dari dirinya.

Maka sang resi menunjukkan seorang raja yang kesaktiannya tak ada bandingannya, selain sang raja seorang bijak dan dermawan. Dia adalah Prabu Arjuna Sasrabahu, seorang raja titisan Batara Wisnu. Ayahnya kemudian menasehati agar Sumantri baik-baik menghadapinya, dan menjelaskan bahwa sang prabu masih saudaranya juga.

Dengan panjang lebar, ayahnya Resi Suwandageni menjelaskan silsilah keluarga mereka (seperti diuraikan di atas), dengan keluarga Kerajaan Maespati dimana Prabu Sasrabahu bertahta. Ayahnya berpesan bahwa yang bertitah adalah SangHyang Batara Wisnu dan siapapun yang mendapatkan tugas daripadanya pasti akan jaya. Sebaliknya bila pekerjaan itu bukan titah Baginda, ia akan menemui kemalangan.

Banyak lagi pesan dan nasehat ayahnya sebelum Sumantri pergi. Kepergian Sumantri dari pertapaan Jatisarana adalah untuk mengejar sesuatu yang menjadi kebutuhan hidupnya, yaitu impiannya atau cita-citanya, ambisinya dan harapannya.

Pesan pesan sang ayah sangat 2 luar biasa, hebatnya
 
py5QrnL.jpg



ARJUNA SASRABAHU

SUMANTRI & SUKRASANA.

Banyak lagi pesan dan nasehat ayahnya sebelum Sumantri pergi. Kepergian Sumantri dari pertapaan Jatisarana adalah untuk mengejar sesuatu yang menjadi kebutuhan hidupnya, yaitu impiannya atau cita-citanya, ambisinya dan harapannya.

Banyak orang berhasil yang mengawali langkah keberhasilan dalam hidupnya dengan bermimpi. Setinggi apa pun mimpi seseorang, jika kita benar-benar yakin bahwa mimpinya akan berhasil dan mau berusaha keras untuk mewujudkannya, maka pastilah suatu saat mimpi tersebut akan menjadi kenyataan.

Dalam realitas kehidupan, seseorang harus memiliki cita-cita dan impian agar hidup dapat terarah dan memiliki tujuan yang jelas. Orang bebas merancang impian sesuai dengan yang inginkannya dan juga bebas untuk mengubah impiannya setiap saat jika memang suara hati menghendaki untuk mengubahnya.

Keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup selalu berawal dari impian. Namun tidak semua orang berhasil mewujudkan impiannya. Hal ini bergantung pada bagaimana orang itu bisa mengarahkan impiannya menjadi kenyataan yang diharapkannya. Orang yang berhasil mewujudkan impiannya adalah orang yang dapat menyelaraskan antara impian dengan tindakan.

Suatu impian akan dapat dicapai jika tidak terlena dengan impian-impian itu dan selalu hidup dalam dunia impian, namun mengharap untuk mau mengubah sikap dan tindakannya menuju ke arah impian yang dicita-citakannya. Jika saat ini kondisi dan keadaan sangat jauh dari impian yang dimilikinya, seseorang harus mengubah perilaku dan tindakannya untuk mencapainya. Dengan kata lain, harus keluar dari zona kenyamanan (comfort zone).

Impian tanpa ambisi, bagai kendaraan tanpa bensin. Siapapun memenuhi syarat untuk mencapai potensi penuh di dalam hidupnya.

Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk membuktikan kepada diri sendiri dan orang lain bahwa dirinya mampu mencapai kemajuan hidup. Tidak ada seorangpun yang ditakdirkan untuk gagal, semua orang ditakdirkan untuk mencapai keberhasilan.

Ambisi merupakan kesadaran diri yang tinggi, motivasi, gairah, semangat, interospeksi, dan visi yang jelas. Tidak boleh ada keraguan. Tidak boleh ada ketakutan. Tidak boleh ada perasaan tidak mampu. Semua orang memiliki kemampuan alami untuk mencapai impian hidupnya. Untuk itu, harus ada ambisi di dalam diri, dan keinginan yang membara untuk mencapai sesuatu yang lebih besar di dalam hidup.

Ambisi haruslah mengalir di dalam energi positif.

Ambisi harus di dalam interospeksi, pengendalian diri, sikap rendah hati, belajar tanpa henti, serta menghidupkan energi motivasi secara konsisten di dalam setiap keadaan dan situasi.

Jangan biarkan terjebak dalam perasaan superior ataupun inferior, sebab keduanya akan membawa seseorang ke dalam penderitaan dan tekanan hidup. Sangat banyak pelajaran yang diberikan oleh kehidupan nyata kepada orang yang ingin lebih maju.

Pelajaran yang mudah dan tersulit selalu ada di sepanjang kehidupan. Diperlukan mental yang unggul untuk menghadapi semua pelajaran hidup tersulit. Diperlukan emosi yang cerdas dan pikiran positif untuk bertindak menuju arah pencapaian terbaik.

Fokuskan perhatian kepada semua hal-hal detail.

Hindari tinggi hati dan kemalasan. Lakukan pekerjaan dengan sangat baik dari integritas diri yang tinggi. Jangan berbohong pada kehidupan nyata, karena ada hukum alam yang mengawasi semua perilaku. Apa yang ditabur akan menuai.

Jadi, dalam kehidupan nyata, hukum alam yang merupakan hukum Tuhan akan menjadi penilai atas keberhasilan dan kegagalan hidup seseorang.

Ambisi dalam diri adalah kekuatan untuk mendorong kemajuan hidup.

Ambisi dalam sikap rendah hati dan berserah diri kepada Tuhan adalah hadiah untuk mencapai kemajuan.

Ambisi untuk mencapai yang terbaik di jalan Tuhan adalah cara untuk mencapai kemenangan dan sekaligus kebahagiaan.

Ambisi yang membuat seseorang berjuang dengan totalitas dan sepenuh hati adalah energi untuk sukses. (oleh Djajenra)


=== oOo ===

Sumantri berkemauan keras dengan impian-impiannya, ajaran ayahnya tidak membuatnya jadi perenung, dia berusaha mewujudkan kedalam tindak nyata. Keteguhan hatinya akan keyakinannya dapat mengalahkan Jin raksasa, dapat menggugah Dewata untuk memberikan Senjata Pusaka Cakrabeswara.

Dengan senjata pusaka itu ditangannya, Sumantri mulai membentuk semua impiannya menjadi tujuan dan arah cita-citanya, yaitu mengabdi kepada Raja. Sumantri diterima kerja oleh Mahapatih Maespati. Semula dia hanya bertugas sebagai prajurit biasa. Tetapi karena kemampuan laganya yang luar-biasa, sedikit demi sedikit dia diangkat menjadi prajurit gugus depan yang membawahi 1000 prajurit.

Ambisi untuk maju dan membuktikan diri, membuatnya dibenci pejabat-pejabat teras Istana. Sumantri tidak sadar akan lingkungan sekitarnya yang gerah memanas, kekurangan introspeksi membuatnya sering dijahili dan dimanfaatkan oleh atasan-atasannya.

Kurang rendah hati, kurang mau belajar terhadap pergaulan antara pejabat istana, mau tidak mau Sumantri terjebak sendiri pada perasaan superior karena kesaktiannya atau karena dia yang paling berjasa memenangkan semua duel dengan musuh-musuh Kerajaan Maespati.

Ada perasaan tinggi hati pada satu segi kemampuan tempur dan kanuragan, namun tenggelam pada kubang inferior, karena sebagai pemuda desa Sumantri tidak punya pengalaman pergaulan pada perjamuan-perjamuan pejabat kekaisaran apalagi di lingkungan putri-putri kerajaan.

Kemampuan tata krama percakapan, sikap membawa diri pada pergaulan antara para prajurit gugus depan dengan para Narpati, membuatnya kurang begitu diperhitungkan.

Memang Sumantri memiliki mental baja, hasil tempaan ayahnya, menghadapi kesulitan hidup dan pelajaran bersosial di lingkungan kerajaan.

Emosinya terjaga dengan kesopanan cerminan anak dari seorang resi, tidak meledak-ledak, tetapi digantikan sikap berwibawa setiap menerima titah atasan-atasannya. Sehingga meskipun dia masih berkedudukan sebagai hulubalang atau prajurit gugus depan dari mahapatih kerajaan Maespati, namun wibawanya cukup menggetarkan hati atasannya.

Ada pepatah mengatakan sekali mutiara tetaplah mutiara walau dipendam dalam lumpur. Bintang gemerlapnya mulai tampak menyeruak, tatkala Narpati Soda, atasannya mempercayakannya memimpin pasukan penjemputan Dewi Citrawati dari Kerajaan Magada kakak Prabu Citragada.

Kerajaan Magada pernah diancam oleh Raja Darmawisesa dari Kerajaan Widarba, karena menolak pinangannya untuk Dewi Citrawati. Sebagai balasan atas penolakan lamarannya, Kerajaan Magada akan diserbu oleh Kerajaan Widarba.

Atas prakarsa Prabu Arjuna Sasrabahu, Kerajaan Maespati memberikan bantuan pasukan perang lengkap dengan perwira-perwiranya. Dibalik bantuan Kerajaan Maespati kepada Kerajaan Magada, Prabu Arjuna Sasrabahu berniat juga untuk meminang Dewi Citrawati untuk dijadikan permaisurinya, karena sampai saat itu sang Prabu belum juga menikah.

Tentu saja lamaran Prabu Arjuna Sasrabahu diterima dengan tangan terbuka bahkan Prabu Citragada merasa sangat tersanjung, kakaknya Dewi Citrawati dilamar raja sebesar raja Maespati. Sekaligus kelegaan Prabu Citragada dari tekanan Raja Darmawisesa. Kemurkaan Raja Darmawisesa dibuktikan dengan mengirimkan seluruh balatentaranya berikut balatentara Kerajaan sahabat.

Peperangan besar tidak dapat dihindarkan lagi antara gabungan Kerajaan Magada dan Kerajaan Maespati melawan Kerajaan Widarba.

Kedua prajurit bertarung dengan penuh kesungguhan demi raja yang diagungkannya. Tetapi ada yang berubah dari hari ke hari, pasukan gugus tengah yang dipimpin Sumantri kian mendesak mundur seluruh pasukan Kerajaan Widarba di semua lininya.

Kejadian itu membuat Raja Darmawisesa resah, maka untuk mencegah berjatuhannya banyak korban, Raja Darwawisesa menantang pertarungan antar narpati dari dua kerajaan yang berseteru saja. Tantangan diterima dengan ksatria oleh Kerajaan Maespati.

Dari pihak Kerajaan Maespati bersiap maju adalah Prabu Citragada raja Magada sendiri didampingi narpati-narpati Kerajaan Maespati yaitu; Narpati Soda atasan Sumantri, Narpati Wisabajra, Narpati Suryaketu, Narpati Kalingpati, Narpati Candramaketu, Narpati Sastranegara.

Sedang dari pihak Kerajaan Widarba adalah Patih Godadarma, Prabu Sriwindu, Prabu Sindarloba, Prabu Darmapati, Prabu Kodrabanu, Prabu Redradarma. Pada waktu dan tempat sudah ditentukan, maka berhadap-hadapanlah keenam petinggi kedua kerajaan, kecuali Prabu Citragada. Perang tanding satu lawan satu berlangsung seru, masing-masing perwira mengerahkan kanurangan dengan aji-aji ampuh disertai senjatanya pamungkasnya. Masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah.


Bersambung
 
Back
Top