• link terbaru forum gocrot per 16 November 2024 : KLIK DI SINI

[INFO] KURAWA GUGAT

KanjengZepros

En Sabah Nur
Mohon Ijin :sembah:
Kepada Danyang SF Kanjeng lord suhu @admin , om @Panglima_Cicak , sam @Shynici Kudo .

Jugaa bopo @Semaremendem dan para suhu suhu semuanya ..

______________

Menurut saya ini renungan tentang baik buruk manusia. Setiap manusi punya sisi hitam dan putih . Yang sejak dulu selalu saya fikirkan apakah benar Kurawa itu seperti yang di kisahkan?



Dala epos Mahabarata, terjadi peperangan antara Pandhawa dan Kurawa. Yang dimana Pandhawa adalah yang benar, baik, bertarung sesuai dharma. Sedangkan Kurawa itu selalu buruk, pembuat angkara murka. Benarkah?
Sedangkan hidup itu ada hitam dan putih, bahkan di diri manusia sekalipun. Apakah Kurawa juga memiliki sisi baik?

Berbeda dengan para Pandhawa yang sedari kecil di manja, di puja puja, di banggakan oleh orang tuanya. Kurawa lahir dari rahim Gendari dengan wujud gumpalan daging yang membut frustasi Gendari sendiri. Atas kebijaksanaan Prabu Kresna Dwipayana/Resi Abiyasa, daging itu di bawa ke hutan dan di potong kecil kecil berjumlah seratus potong. Lalu di tutup dan di biarkan seminggu dengan penjagaan ketat. Alhasil, wujudlah para Kurawa.

Sedari kecil para Kurawa memang banyak kekayaan, tapi cinta dan kasih sayang orang tua tidak sedikitpun di dapatkan. Dhestarasta, ayahnya yang buta. Selalu menyendiri dan merenungi nasibnya yang buruk. Sedangkan ibunya, Gendari bersumpah untuk menutup matanya dan hidupnya di penuhi penyesalan, frustasi akan keadaannya. Harta memang bukan segalanya.

Duryudana,
Kurawa paling tua lah yang berperan banyak dalam mengasuh adik adiknya. Kakak yang sangat bertanggung jawab ngemong adik-adiknya yang butuh kasih sayang dan yang tak tersentuh budi pekerti. Maka dari itu, Duryudana ingin menjadikan adik-adiknya sebagai ksatria tangguh. Ketika melihat sayembara memanah untuk meminang Drupadi, ada seseorang yang ingin melawan Arjuna. Yaitu Karna (Pandhawa yang di buang ibunya, karena di anggap anak jadah, lalu di asuh oleh tukang kusir). Yang skill memanahnya bahkan lebih hebat dari Arjuna. Tapi karena Karna berkasta sudra saat itu, dengan angkuh Arjuna menolaknya. Seketika Duryudana maju dan mengangkat Karna saat itu juga menjadi Raja. Duryudana menunjukkan keluhuran budinya. Tidak melihat kasta Karna, tapi melihat potensinya. Meski pada akhirnya Drupadi terpaksa bermain culas karena permintaan kakaknya. Dan sampe akhir hayatnya menjadi istri yang di gilir setiap minggunya..
Berbeda dengan Bima, yang awalnya tidak mengakui Gatotkaca sebagai anaknya karena wujudnya seperti Raksasa.
Arjuna malah menghasut untuk menelantarkan Gatotkaca dan Arimbi. Karena memalukan kalau seorang Ksatria memiliki anak seorang Raksasa.
Duryudana, ksatria yang mendobrak sistem zalim tatanan kasta yang semena-mena.

Ada lagi Dursasana, adik yang sangat patuh kepada kakaknya Duryudana. Dia tidak ingin bahagia kalau kakaknya tidak bahagia. Ketika para Kurawa bersenang senang, ia memilih menjauh untuk menemani Duryudana yang menyepi. Kesetiaan yang sangat amat.

Citraksa - Citraksi ini adalah Kurawa yang sopan. Bahkan ketika Resi Durno bertamu ke Astina, mereka lah yang menyambutnya. Bertutur kata halus dan mencium tangannya.

Sengkuni dalam cerita di katakan sebagai tukang hasut, tapi sebenernya ia sangat sayang kepada keponakannya itu. Ia melakukan tipu daya agar kelak keponakannya bahagia. Seorang ahli strategi ulung.

Kurawa, yang kalah. Yang terhina, terinjak oleh kehidupan, di persekusi oleh dunia. Di kutuk habis habisan. Yang bertarung dengan keyakinan diri yang kuat, tanpa campur tangan dewata yang memihak Pandhawa.


Seperti halnya kutipan kalimat Nyai Ontosoroh kepada Minke, ketika Anneliese, istrinya dibawa ke Belanda dalam buku Bumi Manusis.

"Kita sudah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."


Diam dan melawan itu sama sama berujung kepada kematian, maka dari itu matilah dalam keadaaan melawan.
Mati dengan terhormat.


Rahayu..

Mungkin juga bakalan saya selipkan sedikit tentang epos Ramayana dari sudut pandang lain hehehe .
 
Last edited:
Mohon Ijin :sembah:
Kepada Danyang SF Kanjeng lord suhu @admin , om @Panglima_Cicak , sam @Shynici Kudo .

Jugaa bopo @Semaremendem dan para suhu suhu semuanya ..

______________

Menurut saya ini renungan tentang baik buruk manusia. Setiap manusi punya sisi hitam dan putih . Yang sejak dulu selalu saya fikirkan apakah benar Kurawa itu seperti yang di kisahkan?



Dala epos Mahabarata, terjadi peperangan antara Pandhawa dan Kurawa. Yang dimana Pandhawa adalah yang benar, baik, bertarung sesuai dharma. Sedangkan Kurawa itu selalu buruk, pembuat angkara murka. Benarkah?
Sedangkan hidup itu ada hitam dan putih, bahkan di diri manusia sekalipun. Apakah Kurawa juga memiliki sisi baik?

Berbeda dengan para Pandhawa yang sedari kecil di manja, di puja puja, di banggakan oleh orang tuanya. Kurawa lahir dari rahim Gendari dengan wujud gumpalan daging yang membut frustasi Gendari sendiri. Atas kebijaksanaan Prabu Kresna Dwipayana/Resi Abiyasa, daging itu di bawa ke hutan dan di potong kecil kecil berjumlah seratus potong. Lalu di tutup dan di biarkan seminggu dengan penjagaan ketat. Alhasil, wujudlah para Kurawa.

Sedari kecil para Kurawa memang banyak kekayaan, tapi cinta dan kasih sayang orang tua tidak sedikitpun di dapatkan. Dhestarasta, ayahnya yang buta. Selalu menyendiri dan merenungi nasibnya yang buruk. Sedangkan ibunya, Gendari bersumpah untuk menutup matanya dan hidupnya di penuhi penyesalan, frustasi akan keadaannya. Harta memang bukan segalanya.

Duryudana,
Kurawa paling tua lah yang berperan banyak dalam mengasuh adik adiknya. Kakak yang sangat bertanggung jawab ngemong adik-adiknya yang butuh kasih sayang dan yang tak tersentuh budi pekerti. Maka dari itu, Duryudana ingin menjadikan adik-adiknya sebagai ksatria tangguh. Ketika melihat sayembara memanah untuk meminang Drupadi, ada seseorang yang ingin melawan Arjuna. Yaitu Karna (Pandhawa yang di buang ibunya, karena di anggap anak jadah, lalu di asuh oleh tukang kusir). Yang skill memanahnya bahkan lebih hebat dari Arjuna. Tapi karena Karna berkasta sudra saat itu, dengan angkuh Arjuna menolaknya. Seketika Duryudana maju dan mengangkat Karna saat itu juga menjadi Raja. Duryudana menunjukkan keluhuran budinya. Tidak melihat kasta Karna, tapi melihat potensinya. Meski pada akhirnya Drupadi terpaksa bermain culas karena permintaan kakaknya. Dan sampe akhir hayatnya menjadi istri yang di gilir setiap minggunya..
Berbeda dengan Bima, yang awalnya tidak mengakui Gatotkaca sebagai anaknya karena wujudnya seperti Raksasa.
Arjuna malah menghasut untuk menelantarkan Gatotkaca dan Arimbi. Karena memalukan kalau seorang Ksatria memiliki anak seorang Raksasa.
Duryudana, ksatria yang mendobrak sistem zalim tatanan kasta yang semena-mena.

Ada lagi Dursasana, adik yang sangat patuh kepada kakaknya Duryudana. Dia tidak ingin bahagia kalau kakaknya tidak bahagia. Ketika para Kurawa bersenang senang, ia memilih menjauh untuk menemani Duryudana yang menyepi. Kesetiaan yang sangat amat.

Citraksa - Citraksi ini adalah Kurawa yang sopan. Bahkan ketika Resi Durno bertamu ke Astina, mereka lah yang menyambutnya. Bertutur kata halus dan mencium tangannya.

Sengkuni dalam cerita di katakan sebagai tukang hasut, tapi sebenernya ia sangat sayang kepada keponakannya itu. Ia melakukan tipu daya agar kelak keponakannya bahagia. Seorang ahli strategi ulung.

Kurawa, yang kalah. Yang terhina, terinjak oleh kehidupan, di persekusi oleh dunia. Di kutuk habis habisan. Yang bertarung dengan keyakinan diri yang kuat, tanpa campur tangan dewata yang memihak Pandhawa.


Seperti halnya kutipan kalimat Nyai Ontosoroh kepada Minke, ketika Anneliese, istrinya dibawa ke Belanda dalam buku Bumi Manusis.

"Kita sudah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."


Diam dan melawan itu sama sama berujung kepada kematian, maka dari itu matilah dalam keadaaan melawan.
Mati dengan terhormat.


Rahayu..
Keren niih...point' view dari sudut pandang

yang berbeda.... :beer:
 
Mohon Ijin :sembah:
Kepada Danyang SF Kanjeng lord suhu @admin , om @Panglima_Cicak , sam @Shynici Kudo .

Jugaa bopo @Semaremendem dan para suhu suhu semuanya ..

______________

Menurut saya ini renungan tentang baik buruk manusia. Setiap manusi punya sisi hitam dan putih . Yang sejak dulu selalu saya fikirkan apakah benar Kurawa itu seperti yang di kisahkan?



Dala epos Mahabarata, terjadi peperangan antara Pandhawa dan Kurawa. Yang dimana Pandhawa adalah yang benar, baik, bertarung sesuai dharma. Sedangkan Kurawa itu selalu buruk, pembuat angkara murka. Benarkah?
Sedangkan hidup itu ada hitam dan putih, bahkan di diri manusia sekalipun. Apakah Kurawa juga memiliki sisi baik?

Berbeda dengan para Pandhawa yang sedari kecil di manja, di puja puja, di banggakan oleh orang tuanya. Kurawa lahir dari rahim Gendari dengan wujud gumpalan daging yang membut frustasi Gendari sendiri. Atas kebijaksanaan Prabu Kresna Dwipayana/Resi Abiyasa, daging itu di bawa ke hutan dan di potong kecil kecil berjumlah seratus potong. Lalu di tutup dan di biarkan seminggu dengan penjagaan ketat. Alhasil, wujudlah para Kurawa.

Sedari kecil para Kurawa memang banyak kekayaan, tapi cinta dan kasih sayang orang tua tidak sedikitpun di dapatkan. Dhestarasta, ayahnya yang buta. Selalu menyendiri dan merenungi nasibnya yang buruk. Sedangkan ibunya, Gendari bersumpah untuk menutup matanya dan hidupnya di penuhi penyesalan, frustasi akan keadaannya. Harta memang bukan segalanya.

Duryudana,
Kurawa paling tua lah yang berperan banyak dalam mengasuh adik adiknya. Kakak yang sangat bertanggung jawab ngemong adik-adiknya yang butuh kasih sayang dan yang tak tersentuh budi pekerti. Maka dari itu, Duryudana ingin menjadikan adik-adiknya sebagai ksatria tangguh. Ketika melihat sayembara memanah untuk meminang Drupadi, ada seseorang yang ingin melawan Arjuna. Yaitu Karna (Pandhawa yang di buang ibunya, karena di anggap anak jadah, lalu di asuh oleh tukang kusir). Yang skill memanahnya bahkan lebih hebat dari Arjuna. Tapi karena Karna berkasta sudra saat itu, dengan angkuh Arjuna menolaknya. Seketika Duryudana maju dan mengangkat Karna saat itu juga menjadi Raja. Duryudana menunjukkan keluhuran budinya. Tidak melihat kasta Karna, tapi melihat potensinya. Meski pada akhirnya Drupadi terpaksa bermain culas karena permintaan kakaknya. Dan sampe akhir hayatnya menjadi istri yang di gilir setiap minggunya..
Berbeda dengan Bima, yang awalnya tidak mengakui Gatotkaca sebagai anaknya karena wujudnya seperti Raksasa.
Arjuna malah menghasut untuk menelantarkan Gatotkaca dan Arimbi. Karena memalukan kalau seorang Ksatria memiliki anak seorang Raksasa.
Duryudana, ksatria yang mendobrak sistem zalim tatanan kasta yang semena-mena.

Ada lagi Dursasana, adik yang sangat patuh kepada kakaknya Duryudana. Dia tidak ingin bahagia kalau kakaknya tidak bahagia. Ketika para Kurawa bersenang senang, ia memilih menjauh untuk menemani Duryudana yang menyepi. Kesetiaan yang sangat amat.

Citraksa - Citraksi ini adalah Kurawa yang sopan. Bahkan ketika Resi Durno bertamu ke Astina, mereka lah yang menyambutnya. Bertutur kata halus dan mencium tangannya.

Sengkuni dalam cerita di katakan sebagai tukang hasut, tapi sebenernya ia sangat sayang kepada keponakannya itu. Ia melakukan tipu daya agar kelak keponakannya bahagia. Seorang ahli strategi ulung.

Kurawa, yang kalah. Yang terhina, terinjak oleh kehidupan, di persekusi oleh dunia. Di kutuk habis habisan. Yang bertarung dengan keyakinan diri yang kuat, tanpa campur tangan dewata yang memihak Pandhawa.


Seperti halnya kutipan kalimat Nyai Ontosoroh kepada Minke, ketika Anneliese, istrinya dibawa ke Belanda dalam buku Bumi Manusis.

"Kita sudah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."


Diam dan melawan itu sama sama berujung kepada kematian, maka dari itu matilah dalam keadaaan melawan.
Mati dengan terhormat.


Rahayu..
menarik ini bacaan
 
ijin nongkrong fisini ya om TS
Keren niih...point' view dari sudut pandang

yang berbeda.... :beer:
menarik ini bacaan
Wow keren mantap banget @KanjengZepros ijin nyimak lanjutkan
Memang benar. Hitam itu tidak sepenuhnya hitam, dan putih tidak sepenuhnya putih bersih



Terima kasih para suhu semuaa hehehe
Mungkin bakalan berlawanan dengan cerita pada umumnya karena disini bakalan menguak sisi gelapnya para Pandhawa..
 
Terima kasih para suhu semuaa hehehe
Mungkin bakalan berlawanan dengan cerita pada umumnya karena disini bakalan menguak sisi gelapnya para Pandhawa..
Asiiiap....

Setiap manusia punya sisi positif dan negatif....tinggal mana yang lebih menonjol..yang menonjol itulah yang sering jadi tolak ukur dari masyarakat pada umumnya .... :fyi:
 
Yang jadi pertanyaanku.
Jikalau Mahabarata adalah peperangan antara Kebaikan melawan Keburukan, kenapa dunia masuk ke dalam zaman Kaliyuga dan menanti sang kalki avatar?
Seharusnya jika Mahabarata itu pertarungan antara baik dan benar. Dunia tidak akan masuk ke dalam zaman Kaliyuga karena kebaikan telah merata ke penjuru dunia. Tetapi tidak kan?
Mahabarata hanyalah perang politik perebutan kekuasaan.
Layaknya perang kerajaan seperti halnya Sultan agung berambisi mempersatukan nusantara, melanjutkan cita cita Majapahit.

Menciptakan perdamaian dengan cara invasi seperti halnya menghidupkan lilin di bawa terik sinar matahari. Malah jadinya seperti tembang dolanan

Eee .. tamune teko.. ee jeberno kloso... ee klosonee bedah ... ee tembelen jadah... ee jadahe mambu ... eee pakakno asu.. eee asune mati.. eee guwaken kali .. dst..

(Ee.. tamunya datang... eee gelarkan tikar.. ee tikarnya sobek... eee tembelkan jadah ... eee jadahnya busuk... eee kasihkan anjing... ee anjingnya mati .. eee buang ke sungai. dst),

Niatnya ingin memperbaiki masalah tapi malah menambah masalah.



Di ceritakan di dalam epos Mahabarata, bahwa Yudhistira itu adalah orang yang baik, lembut, jujur, selalu memegang Dharma.
Nahh memegang erat dharma ini lah yang menjadi sumber mala petaka bagi saudara saudaranya. Dan sabda Yudhistira ini mengikat kepada saudara saudaranya. Iya atau tidak yang menentukan adalah si Yuhdhistira. Mau membantah pun tidak elok karena Yudhistira yang paling tua. Di kisahkan bahwa Bima sedang lapar, dan di kerajaan saat itu ada pohon mangga. Bima meminta izin kepada Yudhistira untuk mengambil. Tapi dilarang karena Yudhistira menganggal harus makan bersama seratus kurawa. Agar adil, fikirnya. Tapi ketika Kurawa datang pohon di serbu dan dimakan semua. Ke egoisan Yudhistira membuat saudaranya sengsara.

Juga ketika perang.
Durna mencari anaknya Aswatama, lalu bertanya kepada Yudhistira apakah Aswatama sudah mati? Yudhistira mengiyakan kejadian itu tanpa menjelaskan yang sebenarnya. Semenjak itu Durna menjadi kalut dalam kesedihan. Padahal sebelumnya, Kresna menyuruh Pandhawa untuk membunuh Gajah yang bernama Aswatama. Untuk mengelabuhi Durna. Jadi sebenarnya yang mati adalah Aswatama Gajah bukan anak Durna. Asmawatama di kutuk menjadi manusia abadi.


Kematian Durna yaitu di pancung dari belakang. Tindakan satu dari banyak pengecut yang di lakukan Pandhawa.
Tentunya atas usul Kresna, manusia paling licik dan culas ..


Semenjak kejadian itu,
Yudhistira sudah tidak pantas memegang gelar Prabu Satrugena (Yang berdarah putih). Jalannya yang awalnya mengambang terus, pasca kejadian itu sudah tidak mengambang lagi. Kakinya sudah napak tanah.


Ingatkah ketika Yudhistira yang katanya suci itu tidak bisa menahan diri untuk bermain dadu.
Hingga mempertaruhkan kerajaan, saudaranta, bahkan Drupadi si istri gilir.

Kan?
 
Yang jadi pertanyaanku.
Jikalau Mahabarata adalah peperangan antara Kebaikan melawan Keburukan, kenapa dunia masuk ke dalam zaman Kaliyuga dan menanti sang kalki avatar?
Seharusnya jika Mahabarata itu pertarungan antara baik dan benar. Dunia tidak akan masuk ke dalam zaman Kaliyuga karena kebaikan telah merata ke penjuru dunia. Tetapi tidak kan?
Mahabarata hanyalah perang politik perebutan kekuasaan.
Layaknya perang kerajaan seperti halnya Sultan agung berambisi mempersatukan nusantara, melanjutkan cita cita Majapahit.

Menciptakan perdamaian dengan cara invasi seperti halnya menghidupkan lilin di bawa terik sinar matahari. Malah jadinya seperti tembang dolanan

Eee .. tamune teko.. ee jeberno kloso... ee klosonee bedah ... ee tembelen jadah... ee jadahe mambu ... eee pakakno asu.. eee asune mati.. eee guwaken kali .. dst..

(Ee.. tamunya datang... eee gelarkan tikar.. ee tikarnya sobek... eee tembelkan jadah ... eee jadahnya busuk... eee kasihkan anjing... ee anjingnya mati .. eee buang ke sungai. dst),

Niatnya ingin memperbaiki masalah tapi malah menambah masalah.



Di ceritakan di dalam epos Mahabarata, bahwa Yudhistira itu adalah orang yang baik, lembut, jujur, selalu memegang Dharma.
Nahh memegang erat dharma ini lah yang menjadi sumber mala petaka bagi saudara saudaranya. Dan sabda Yudhistira ini mengikat kepada saudara saudaranya. Iya atau tidak yang menentukan adalah si Yuhdhistira. Mau membantah pun tidak elok karena Yudhistira yang paling tua. Di kisahkan bahwa Bima sedang lapar, dan di kerajaan saat itu ada pohon mangga. Bima meminta izin kepada Yudhistira untuk mengambil. Tapi dilarang karena Yudhistira menganggal harus makan bersama seratus kurawa. Agar adil, fikirnya. Tapi ketika Kurawa datang pohon di serbu dan dimakan semua. Ke egoisan Yudhistira membuat saudaranya sengsara.

Juga ketika perang.
Durna mencari anaknya Aswatama, lalu bertanya kepada Yudhistira apakah Aswatama sudah mati? Yudhistira mengiyakan kejadian itu tanpa menjelaskan yang sebenarnya. Semenjak itu Durna menjadi kalut dalam kesedihan. Padahal sebelumnya, Kresna menyuruh Pandhawa untuk membunuh Gajah yang bernama Aswatama. Untuk mengelabuhi Durna. Jadi sebenarnya yang mati adalah Aswatama Gajah bukan anak Durna. Asmawatama di kutuk menjadi manusia abadi.


Kematian Durna yaitu di pancung dari belakang. Tindakan satu dari banyak pengecut yang di lakukan Pandhawa.
Tentunya atas usul Kresna, manusia paling licik dan culas ..


Semenjak kejadian itu,
Yudhistira sudah tidak pantas memegang gelar Prabu Satrugena (Yang berdarah putih). Jalannya yang awalnya mengambang terus, pasca kejadian itu sudah tidak mengambang lagi. Kakinya sudah napak tanah.


Ingatkah ketika Yudhistira yang katanya suci itu tidak bisa menahan diri untuk bermain dadu.
Hingga mempertaruhkan kerajaan, saudaranta, bahkan Drupadi si istri gilir.

Kan?
Hehehe Cerita tentang Pandawa dan

Kurawa kan karya manusia bos

@KanjengZepros ....bukan kenyataan yang

sesungguhnya jadi unsur manusiawi dari

pengarang masih masuk ke dalam

penokohan ....jadi yaa itulah kenyataan yang ada ....tidak ada manusia yang sempurna :beer:
 
Hehehe Cerita tentang Pandawa dan

Kurawa kan karya manusia bos

@KanjengZepros ....bukan kenyataan yang

sesungguhnya jadi unsur manusiawi dari

pengarang masih masuk ke dalam

penokohan ....jadi yaa itulah kenyataan yang ada ....tidak ada manusia yang sempurna :beer:


Yaaa kan aku macak gini biar pandhawa gak di sembah melulu hu wkwkwkw..
Ben seimbang.
Kan menganut prinsip.
Hitam dan putih wiwkwkwk.

Wajahe putih njerone item hihihi
 
Yaaa kan aku macak gini biar pandhawa gak di sembah melulu hu wkwkwkw..
Ben seimbang.
Kan menganut prinsip.
Hitam dan putih wiwkwkwk.

Wajahe putih njerone item hihihi
Hehehehe..iya boos nubie juga tau dan paham....

Nubie cuma jadi penyeimbang aja...hehehe..

takutnya ntar ada yang baper ke tulisan bos

bisa salah persepsi kan jadi gaaswaat... :ngakak:

Tapi bener pean kok bos...Pandawa yang keliatan suci tetep ada sisi gelapnya dan Kurawa yang kelihatan tidak suci(licik,begajulan dan sifat2 jelek lainya yang sepertinya identik dgn sifat Kurawa) punya juga sisi positif...jika kita mau melihat dari sisi yang lain dan secara obyektif..:beer:

Ayo sist @indira koment dooong :fyi: :fyi:
 
Hehehehe..iya boos nubie juga tau dan paham....

Nubie cuma jadi penyeimbang aja...hehehe..

takutnya ntar ada yang baper ke tulisan bos

bisa salah persepsi kan jadi gaaswaat... :ngakak:

Tapi bener pean kok bos...Pandawa yang keliatan suci tetep ada sisi gelapnya dan Kurawa yang kelihatan tidak suci(licik,begajulan dan sifat2 jelek lainya yang sepertinya identik dgn sifat Kurawa) punya juga sisi positif...jika kita mau melihat dari sisi yang lain dan secara obyektif..:beer:

Ayo sist @indira koment dooong :fyi: :fyi:

Loh mosok enek sing baper rek..
Baper itu ga enak.
Wafer aja laa wkwkwkw
 
Mohon Ijin :sembah:
Kepada Danyang SF Kanjeng lord suhu @admin , om @Panglima_Cicak , sam @Shynici Kudo .

Jugaa bopo @Semaremendem dan para suhu suhu semuanya ..

______________

Menurut saya ini renungan tentang baik buruk manusia. Setiap manusi punya sisi hitam dan putih . Yang sejak dulu selalu saya fikirkan apakah benar Kurawa itu seperti yang di kisahkan?



Dala epos Mahabarata, terjadi peperangan antara Pandhawa dan Kurawa. Yang dimana Pandhawa adalah yang benar, baik, bertarung sesuai dharma. Sedangkan Kurawa itu selalu buruk, pembuat angkara murka. Benarkah?
Sedangkan hidup itu ada hitam dan putih, bahkan di diri manusia sekalipun. Apakah Kurawa juga memiliki sisi baik?

Berbeda dengan para Pandhawa yang sedari kecil di manja, di puja puja, di banggakan oleh orang tuanya. Kurawa lahir dari rahim Gendari dengan wujud gumpalan daging yang membut frustasi Gendari sendiri. Atas kebijaksanaan Prabu Kresna Dwipayana/Resi Abiyasa, daging itu di bawa ke hutan dan di potong kecil kecil berjumlah seratus potong. Lalu di tutup dan di biarkan seminggu dengan penjagaan ketat. Alhasil, wujudlah para Kurawa.

Sedari kecil para Kurawa memang banyak kekayaan, tapi cinta dan kasih sayang orang tua tidak sedikitpun di dapatkan. Dhestarasta, ayahnya yang buta. Selalu menyendiri dan merenungi nasibnya yang buruk. Sedangkan ibunya, Gendari bersumpah untuk menutup matanya dan hidupnya di penuhi penyesalan, frustasi akan keadaannya. Harta memang bukan segalanya.

Duryudana,
Kurawa paling tua lah yang berperan banyak dalam mengasuh adik adiknya. Kakak yang sangat bertanggung jawab ngemong adik-adiknya yang butuh kasih sayang dan yang tak tersentuh budi pekerti. Maka dari itu, Duryudana ingin menjadikan adik-adiknya sebagai ksatria tangguh. Ketika melihat sayembara memanah untuk meminang Drupadi, ada seseorang yang ingin melawan Arjuna. Yaitu Karna (Pandhawa yang di buang ibunya, karena di anggap anak jadah, lalu di asuh oleh tukang kusir). Yang skill memanahnya bahkan lebih hebat dari Arjuna. Tapi karena Karna berkasta sudra saat itu, dengan angkuh Arjuna menolaknya. Seketika Duryudana maju dan mengangkat Karna saat itu juga menjadi Raja. Duryudana menunjukkan keluhuran budinya. Tidak melihat kasta Karna, tapi melihat potensinya. Meski pada akhirnya Drupadi terpaksa bermain culas karena permintaan kakaknya. Dan sampe akhir hayatnya menjadi istri yang di gilir setiap minggunya..
Berbeda dengan Bima, yang awalnya tidak mengakui Gatotkaca sebagai anaknya karena wujudnya seperti Raksasa.
Arjuna malah menghasut untuk menelantarkan Gatotkaca dan Arimbi. Karena memalukan kalau seorang Ksatria memiliki anak seorang Raksasa.
Duryudana, ksatria yang mendobrak sistem zalim tatanan kasta yang semena-mena.

Ada lagi Dursasana, adik yang sangat patuh kepada kakaknya Duryudana. Dia tidak ingin bahagia kalau kakaknya tidak bahagia. Ketika para Kurawa bersenang senang, ia memilih menjauh untuk menemani Duryudana yang menyepi. Kesetiaan yang sangat amat.

Citraksa - Citraksi ini adalah Kurawa yang sopan. Bahkan ketika Resi Durno bertamu ke Astina, mereka lah yang menyambutnya. Bertutur kata halus dan mencium tangannya.

Sengkuni dalam cerita di katakan sebagai tukang hasut, tapi sebenernya ia sangat sayang kepada keponakannya itu. Ia melakukan tipu daya agar kelak keponakannya bahagia. Seorang ahli strategi ulung.

Kurawa, yang kalah. Yang terhina, terinjak oleh kehidupan, di persekusi oleh dunia. Di kutuk habis habisan. Yang bertarung dengan keyakinan diri yang kuat, tanpa campur tangan dewata yang memihak Pandhawa.


Seperti halnya kutipan kalimat Nyai Ontosoroh kepada Minke, ketika Anneliese, istrinya dibawa ke Belanda dalam buku Bumi Manusis.

"Kita sudah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."


Diam dan melawan itu sama sama berujung kepada kematian, maka dari itu matilah dalam keadaaan melawan.
Mati dengan terhormat.


Rahayu..

Mungkin juga bakalan saya selipkan sedikit tentang epos Ramayana dari sudut pandang lain hehehe .

kuwi ancene bener, wes bopo gawe boso milenial wae, ben gampang di ngerteni kabeh, repot yen gawe boso gung liwang liwung, wakoeh sing do ra ngerti...

Jadi apa yang ditulis itu memang begitu keadaannya, terkadang suatu Pelita bukan Peli.. Ta seperti kalau tidak salah ditulis suhu @R Wijaya itu, bopo terkadang mau menangkap kenapa Dia tulis seperti itu? Pasti ada maksut dan tujuannya, bolak balik kayak tak sambung, binggung bopo ikut alurnya, apalagi tulisannya, kayak anak baru belajar,

:ampun: suhu @R Wijaya



Pelita alias Damar bin Lampu harus mempunyai kutub Positif dan negatif, banyak diceritakan dalam kisah yg disebut selama ini,muatannya positif, disini ada muatan sisi negatif, sehingga kisah akan menyala terang, Bopo suka dan demen tulisan ini, pada akhirnya akan menjadi menyala hikmah akan kisah tsb, cocok spt sis @indira katakan, ada positif pasti ada negatif, itulah dunia, hukum sebab akibat yg muntjul.

Mantap suhu @KanjengZepros bopo seneng pake banget.

Wes ngono wae teko bopo


Rahayu rahayu ngih @KanjengZepros

:beer:
 
Tinggal menunggu "saatnya" aja :ngakak:
sabar mas brow kalau dapet langsung sikat aja :cool:

Mohon nubie ini di bimbing ke jalan yang anu wkwkwkwwkw ...


kuwi ancene bener, wes bopo gawe boso milenial wae, ben gampang di ngerteni kabeh, repot yen gawe boso gung liwang liwung, wakoeh sing do ra ngerti...

Jadi apa yang ditulis itu memang begitu keadaannya, terkadang suatu Pelita bukan Peli.. Ta seperti kalau tidak salah ditulis suhu @R Wijaya itu, bopo terkadang mau menangkap kenapa Dia tulis seperti itu? Pasti ada maksut dan tujuannya, bolak balik kayak tak sambung, binggung bopo ikut alurnya, apalagi tulisannya, kayak anak baru belajar,

:ampun: suhu @R Wijaya



Pelita alias Damar bin Lampu harus mempunyai kutub Positif dan negatif, banyak diceritakan dalam kisah yg disebut selama ini,muatannya positif, disini ada muatan sisi negatif, sehingga kisah akan menyala terang, Bopo suka dan demen tulisan ini, pada akhirnya akan menjadi menyala hikmah akan kisah tsb, cocok spt sis @indira katakan, ada positif pasti ada negatif, itulah dunia, hukum sebab akibat yg muntjul.

Mantap suhu @KanjengZepros bopo seneng pake banget.

Wes ngono wae teko bopo


Rahayu rahayu ngih @KanjengZepros

:beer:


Bilih wonten kirang panjenengan jangkepi bopo.. wwhehehe..



Sungkem suhu @R Wijaya

Rahayu
Jaya jayanti nuswantara ..
 
Back
Top